KOMPAS.com - Hilangnya ratusan benda koleksi Museum Negeri di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari, membuka persoalan akut tentang minimnya anggaran dari pemerintah daerah serta apresiasi yang rendah atas benda-benda berstatus cagar budaya.
Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara dan Taman Budaya yang terletak di jantung keramaian kota Kendari, tepatnya di Jalan Abunawas, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Kamis (4/2/2021) siang, terlihat lengang.
Beberapa kendaraan terlihat berderet di ruangan parkir dan aneka tanaman dan rumput hijau menghampar di halaman depan museum.
Baca juga: Pakai Alat Canggih, Museum Ini Bakal Ajak Pengunjung Rasakan Semarang Tempo Dulu
Tepat di hadapan gedung pameran museum, terlihat koleksi benda sejarah berukuran besar — di antaranya koleksi tulang paus biru sepanjang 12 meter.
Tak jauh dari koleksi itu, ada kendaraan roda empat tipe sedan Mercy 220S berwarna hitam, kendaraan yang ditumpangi Presiden kedua Indonesia, Suharto, ketika berkunjung di Sulawesi Tenggara pada 1978.
Siang itu, pintu masuk museum tertutup rapat, dan tidak terlihat aktivitas layanan publik. Sekilas, gedung museum yang dibangun di atas lahan seluas 1,85 hektare ini mirip gedung tak bertuan dan terkesan tidak terawat.
Baca juga: Akhir Pekan, Pelajar Bisa Jalan-jalan ke Museum Secara Virtual
Ada pita garis polisi yang membentang, menyegel teras belakang bangunan museum, dua pekan setelah ratusan koleksi museum yang dikelola Provinsi Sulawesi Tenggara itu dicuri maling.
Ketika insiden pencurian barang-barang bersejarah ini terungkap ke publik, pengelola museum mengaku video pengintai, atau CCTV, sudah lama rusak.
Mereka juga mengaku tidak memiliki petugas keamanan khusus.
Baca juga: Dari Beli Museum hingga Tamasya ke Bulan, Begini Cara Jeff Bezos Habiskan Uangnya
Kepala Museum dan Taman Budaya Sulawesi Tenggara, Dodhy Syahrulsah, mengklaim pihaknya tidak mampu mengganti video pengintai dan membayar tenaga pengamanan museum, karena "tidak ada anggarannya."
"Yang mengamankan, ya, pegawai sendiri. Kalau sempat ronda, ya ronda," kata Dodhy kepada wartawan untuk BBC News Indonesia, Kamis (4/2/2021).
"Kami tidak mempunyai [anggaran untuk keamanan]. Kalau ada [anggaran], kami akan pakai [tenaga] satuan pengamanan di sana," ungkapnya.
Baca juga: Pakai Alat Canggih, Museum Ini Bakal Ajak Pengunjung Rasakan Semarang Tempo Dulu
Dodhy memberikan contoh, museum dan taman budaya seluas empat hektar, pihaknya menerima anggaran sebesar Rp 4 juta tiap tahunnya untuk pemeliharaan "pagar, halaman, dan taman".
Hal ini juga tidak berubah dalam APBD 2021.
"Anggaran [dari APBD murni] untuk pemeliharaan gedung, hanya dihitung 60 meter, sementara Anda dapat melihat gedung-gedung kita cukup banyak," katanya. "Susah kami melaksanakan."
Dalam keterbatasan anggaran itu, pihaknya terpaksa menugaskan para stafnya untuk ikut membersihkan halaman museum dan lain-lain, walaupun itu bukan tugas utamanya.
Baca juga: Kota Semarang Bakal Punya Museum Canggih, Teknologinya Mampu Bawa Pengunjung Kembali ke Tempo Doeloe
"Kita akan tetap melaksanakan kewajiban itu supaya tetap bersih, tapi itu bukan bagian tugas pokok kami," ujar Dodhy.
Dihubungi secara terpisah, kurator Museum Sulawesi Tenggara, Agung Kurniawan, mengamini minimnya anggaran yang diterima pengelola museum.
Dengan anggaran seperti itu, menurutnya, "mau bikin apa? mau beli bensin untuk potong rumput [di halaman museum], tidak cukup itu."
"Kita cuma mengusahakan dalam bentuk pikiran, karena untuk membuatnya menjadi nyata, harus dari kebijakan pemerintah provinsi," tambahnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.