Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Katon, Perajin Lampion Imlek, Saksikan Omzetnya Terjun Bebas di Masa Pandemi

Kompas.com - 07/02/2021, 20:03 WIB
Usman Hadi ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NGANJUK, KOMPAS.com – Suara gergaji terdengar lirih dari Jalan Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Minggu (7/2/2021) sore. Seorang pria bertopi tampak sibuk memotong bambu di halaman rumahnya.

Pria itu menggergaji batang bambu apus menjadi beberapa bagian yang panjangnya masing-masing sekitar 40 sentimeter. Potongan bambu ini oleh pria berkaus berkaus hitam kombinasi abu-abu ini masih dipotong lagi menggunakan parang.

Bambu tersebut dipotong tipis seukuran dua kali tusuk sate. Selanjutnya potongan bambu tipis itu ditekuk melingkar dengan tiap ujung ditali rafia. Lalu potongan bambu yang lain dianyam yang ujunganya direkatkan dengan lem.

Baca juga: Cerita Zainuri, Sulit Cari Kerja hingga Punya Omzet Jutaan dari Bonsai Kelapa, Belajar dari YouTube

Pria itu adalah Katon (30), warga RT 04, RW 13, Dusun Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Ia tengah membuat rangka lampion.

“Ini (kerangka) lampion gantung,” kata Katon kepada Kompas.com, Minggu (7/2/2021).

Katon ialah pemilik UMKM Kevin Craft. Ia mulai memproduksi lampion sejak 2017, keahliannya ini ia peroleh sewaktu bekerja di Bali tahun 2007 silam.

Berbeda dengan lamion pada umumnya, lampion buatan Katon berbahan bambu.

Baca juga: Cerita Yaya Karsan, Guru Honorer yang Punya Omzet Rp 1 M dari Layanan Titip Transfer

Lampion khusus

Lampion yang tengah dibuat Katon memang bukanlah lampion imlek yang berbahan kawat ataupun rotan. Lampion buatan Katon biasanya dipakai untuk perayaan Agustusan, Lebaran maupun saat perayaan tahun baru Hijriyah.

Kendati demikian, Katon juga melayani pembuatan lampion imlek.

“Kalau untuk imlek saya juga (membuat), tapi kalau ada yang benar-benar pesan. Kalau nggak ada yang pesan, saya nggak bikin. Soalnya apa? Saya nggak berani nampung (menyetok) karena modal saya kan minim,” tutur pria asal Lumajang ini.

 

Dihantam Pandemi

Sebelum pandemi Covid-19, lampion buatan Katon dipasarkan hingga uar kota seperti Tulungagung, Blitar, Ngawi, dan Yogyakarta. Dulunya Katon bisa memproduksi sekitar 500 lampion saban bulan.

Harga lampion buatan Katon pun bervariasi, rerata Rp 35.000 per buah. Adapun omzet yang didapat sekitar Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta tiap bulannya.

“Dulu pesanannya banyak, bahkan ribuan setiap musim,” paparnya.

Namun itu hanyalah cerita lalu. Kini permintaan lampion ke Katon sepi. Bahkan menjelang perayaan hari raya imlek 2021 ini pun belum ada yang memesan lampion ke dirinya.

“Kena pandemi itu sudah, ya gimana ya, ya laku tapi turunnya itu jauh, dari (produksi) ribuan sekarang ratusan pun masih ngotot, ngeluarin (menjual) ratusan (lampion) itu ngotot sudah,” tuturnya.

Baca juga: Seniman Pasar Seni Ancol Bertahan Dihantam Pandemi, Banting Harga hingga Tidur di Kios

Beralih ke miniatur truk hingga layang-layang

Beruntung, saat usaha pembuatan lampion seret, produksi miniatur truk bikinan Katon banyak peminat. Kini pembuatan miniatur truk menjadi sumber pendapatan utama keluarga Katon.

UMKM Kevin Craft milik Katon memang tak hanya memproduksi lampion saja, tapi juga kerajinan tangan lain seperti miniatur truk dan layang-layang. Sementara ini, pesanan yang masuk ke Kevin Craft didominasi miniatur truk.

Kini Katon hanya bisa berharap kondisi pandemi Covid-19 segera berakhir, sehingga permintaan lampion termasuk lampion imlek meningkat kembali.

“Kalau mau pesan (lampion) bisa langsung menghubungi saya,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com