Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kursi Roda untuk Hayu

Kompas.com - 07/02/2021, 07:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com - Kursi roda itu akhirnya mendarat di rumah Suparman (43) dan Asrumi (38), warga Desa Maguan, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Sudah lama mereka mengidam-idamkan kursi roda untuk sang buah hati.

Anak kedua mereka, Hayu Lumampah (12), mengalami kelumpuhan sejak lahir sehingga sang ibu harus menggendongnya jika ingin berpindah tempat.

Kini, mereka mendapat bantuan sebuah kursi roda untuk memudahkan mengurus Hayu.

Pasangan suami istri itu pun berkaca-kaca, menahan tangis haru.

Baca juga: Kapolres Nganjuk Menangis Saat Kunjungi Bocah 12 Tahun Lumpuh Sejak Lahir: Saya Ingat Anak

Alami mikrosefali

Ilustrasi bayiKOMPAS.com/NURWAHIDAH Ilustrasi bayi
Bukan hanya lumpuh, tak sepatah kata pun terucap dari bibir Hayu. Dia hingga kini belum bisa berbicara.

Bidan Desa Maguan, Yulistiana mengatakan, Hayu diduga menderita kelainan mikrosefali sejak lahir.

Ukuran lingkar kepalanya kecil karena otak tidak berkembang saat di dalam rahim.

“Jadi pengecilan otak. Kan otomatis untuk perkembangannya akan terggangu,” jelas Yulistiana.

Menurutnya, akan sulit untuk menyembuhkan kelainan itu ketika usianya sudah 12 tahun.

“Kalau secara medis itu kemungkinan sudah agak terlambat. Dari awal sebenarnya waktu masih usia sekitar dua tahun itu kita terapikan, Insya Allah kalau rutin otomatis bisa ada perubahan. Cuma kan ibunya juga ada kendala biaya,” paparnya.

Baca juga: Kisah-kisah Suami Istri Meninggal Bersama karena Covid-19, Hanya Terpaut Beberapa Jam dan Pengurus Jenazah Tertular

 

Ilustrasishutterstock Ilustrasi
Tidak bisa menangis

Suparman mengatakan, anaknya tidak bisa menangis sejak lahir.

“Sakitnya (Hayu) itu sejak lahir bayi ada kelainan tidak bisa menangis. Terus lama kelamaan kok perkembangannya mulai lambat, lambat, lambat,” kata Suparman.

Terkait kelumpuhan Hayu, sang ibu terpaksa seringkali menggendong bocah itu.

Kemampuan ekonomi Suparman sangat terbatas untuk melakukan terapi untuk anaknya.

Mereka hanyalah buruh tani dengan pendapatan tidak tetap. Di sisi lain, pasangan ini harus menghidupi tiga anak, dengan anak kedua berkondisi lumpuh.

Bantuan tersebut membuat Suparman merasa bersyukur. Sebab, masih ada pihak yang peduli dengan keluarganya.

“Memang ini (kursi roda) sudah saya idam-idamkan dari dulu, sudah lama sekali. Soalnya ibunya ini sudah keberatan untuk menggendong, sedangkan saya tiap hari buruh harian enggak bisa terus mengajak anak saya,” ujar Suparman berkaca-kaca.

Baca juga: Kasat Narkoba Dinonaktifkan, Pengunggah Dijerat UU ITE, Ini Fakta Video Viral Kasat Narkoba Lagi Tinggi

Kapolres menangis

Ilustrasi Polisi KOMPAS.com/NURWAHIDAH Ilustrasi Polisi
Perjalanan hidup Hayu mengetuk hati Kapolres Nganjuk, AKBP Harviadhi Agung Pratama .

Dia memberikan bantuan berupa kursi roda untuk Hayu dan sembako.

Air mata Kapolres menangis saat menyerahkan bantuan itu.

Sebab, Kapolres teringat akan anaknya. Di usia 12 tahun, seharusnya Hayu bisa bermain dan bersekolah.

“Anak saya laki-laki, umur 11 tahun usianya kurang lebih sebesar adik Hayu. Saya ikut merasakan bagaimana apa yang dirasakan oleh orang tuanya adik Hayu. Di mana anak seusianya semestinya bisa beraktivitas, bisa sekolah,” sambung dia.

Bagaimana pun, kata Harvi, anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga hingga akhir hayat.

“Semoga orangtua adik Hayu terus diberikan kesehatan, bisa menjaga amanah anak yang dititipkan oleh Allah dalam kondisi apapun. Itu merupakan amanah yang luar biasa yang harus dijaga,” tutur dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Nganjuk, Usman Hadi | Editor : Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com