KOMPAS.com - Profesi pandai besi atau pandai wesi sudah dikenal sejak dulu dan tercatat di banyak prasasti Jawa Kuno.
Namun kini keberadaan pandai besi nyaris terlupakan seiring dengan banyaknya perkakas pabrik.
Di Semarang, Jawa Tengah, keahlian dan ketrampilan menempa besi secara tradisional ini masih ditekuni segelintir orang. Bahkan diwariskan turun temurun ke generasinya dan bertahan hingga kini.
Api di tungku pembakaran itu semakin membesar setelah mesin peniup angin dinyalakan. Sedemikian besar hingga nyaris menjilat atap asbes di bengkel besi tempa milik Juyono, di Kampung Kaligetas, Mijen, Semarang, Jawa Tengah.
Baca juga: Kisah Abbas Si Pandai Besi, Usia 77 Tahun Jadi Pejuang Ekonomi Saat Pandemi
Melalui kegesitan tangan Juyono, lidah api itu dipakai untuk membakar besi sabit, cangkul, dan linggis. Aneka perangkat besi itu kemudian ditempa dengan martil, lalu dicelupkan di bak air pendingin.
Proses tersebut dilakukan berulang kali sebelum akhirnya dihaluskan dengan gerinda mesin agar halus dan tajam.
"Nanti dulu, ini harus ditempa terus sampai pas," jelas Juyono dengan logat Jawa kental menimpali si pemilik cangkul yang meminta proses itu disudahi.
Baca juga: Kisah Pandai Besi Ciptakan Pisau Khusus untuk Sembelih Hewan Kurban
Beberapa lama kemudian, pekerjaan lelaki berusia 62 tahun itu rampung.
Uang Rp 30.000 dan Rp 25.000 untuk perkakas besi dengan ketajaman sempurna, berpindah ke kantong bajunya.
Juyono adalah satu dari sedikit pandai besi tradisional yang masih tersisa.
Keahlian dan ketrampilannya menempa besi menjadi aneka perkakas dikenal banyak petani di sekitar Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Baca juga: Foto Viral Pencurian di Museum Sulawesi Tenggara, Keris dan Pedang Peninggalan Jepang Hilang
Sebagai anak sulung dari sembilan bersaudara, Juyono awalnya hanya membantu pekerjaan Karimin menempa besi.
"Ya ikut membantu ayah dari umur 12 tahun. Dari situ belajar sampai 15 tahunan, lanjut terus dan keterusan sampai sekarang jadi terampil pandai basi. Waktu itu belum ada mesin, manual semua," papar Juyono kepada wartawan BBC News Indonesia.
Baca juga: Saat Kades Kesurupan, Raih Keris Penari Jaipong di Indramayu
Banyak ilmu yang didapat Juyono dari ayah dan pamannya, termasuk teknik menempa besi dan menjaga kualitas produk.