Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Tradisi Cuci Patung Dewa di Kelenteng Hok Yoe Kiong Nganjuk...

Kompas.com - 05/02/2021, 15:19 WIB
Usman Hadi ,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

NGANJUK, KOMPAS.com – Seorang pria berambut putih membopong sebuah patung dewa ke pelataran Kelenteng Hok Yoe Kiong Sukomoro, Nganjuk, pagi tadi. Setelahnya, patung dewa tersebut ditaruh di atas meja untuk disucikan.

Pria tersebut adalah Beni Sonata (63), warga Kelurahan Mangundikaran, Kecamatan/Kabupaten Nganjuk.

Beni merupakan salah satu jemaat Kelenteng Hok Yoe Kiong Sukomoro yang turut menyucikan patung dewa jelang Hari Raya Imlek.

“Tiap tahun saya yang selalu menangani ini (menyucikan patung dewa menjelang Imlek),” kata Beni kepada Kompas.com, Jumat (5/2/2021).

Baca juga: Tanggul Jebol, Ratusan Rumah di Nganjuk Terendam Banjir

Ia mengaku sudah 20 tahun terakhir mengikuti tradisi menyucikan patung dewa di Kelenteng.

Berbekal kuas di tangan, Beni yang dibantu seorang kolega, yakni John Nova (73), tampak cekatan membersihkan debu yang menempel di sela-sela patung dewa.

Kemudian, patung dewa itu dicuci memakai sabun dengan air mengalir.

Tak hanya dibilas dengan air sabun, patung-patung dewa itu juga diguyur menggunakan air yang ditaburi bunga mawar.

Setelahnya patung dewa tersebut dijemur untuk dikeringkan, kemudian satu per satu dibawa masuk ke Kelenteng.

Seksi Kerohanian Kelenteng Hok Yoe Kiong Sukomoro, Subastian Wuisan (59), menuturkan, penyucian patung dewa memang menjadi tradisi dan kepercayaan orang Tionghoa.

Tradisi ini dilakukan tiap tahun jelang Hari Raya Imlek.

Ada sembilan patung dewa yang disucikan di Kelenteng yang beralamat di Jalan Raya Sukomoro Nganjuk, tepatnya di barat Pasar Sukomoro, hari ini.

Di antara yang dibersihkan yakni Patung Dewa Kwan Kong dan Dewa Rezeki.

“Sebelum upacara bersih-bersih (penyucian patung dewa) ini, itu kemarin malam kita adakan sembahyang kalau sebutannya kita itu sang sen. Sang sen itu mengantar para dewa-dewi itu kembali ke nirwana,” ujar Subastian.

“Jadi sebelum upacara sang sen, kami enggak boleh bersih-bersih (penyucian patung dewa). Setelah sang sen, kemudian baru setelah itu upacara bersih-bersih dimulai,” sambung dia.

Pembatasan jemaat

Menurut Subastian, karena kini masih pandemi Covid-19, maka jemaat yang mengikuti tradisi penyucian patung dewa dibatasi.

Tak hanya saat penyucian, saat prosesi sembahyang pun jadwalnya diatur agar tak terjadi kerumunan di Kelenteng.

“Ya jadi tahun ini memang karena ada pandemi, kami batasi untuk bersih-bersih,” kata dia.

Subastian menuturkan, ada hampir 1.000-an jemaat yang terdata di Kelenteng Hok Yoe Kiong Sukomoro, Nganjuk.

Namun, kini jemaat itu telah menyebar ke beberapa daerah. Jemaat yang aktif sekitar 50 orang.

Baca juga: Teror Tawon Vespa di Nganjuk: Seorang Warga Tewas Disengat, 40 Sarang Dimusnahkan

“Kadang-kadang ada (jemaat) yang sudah (pindah) ke Surabaya,” tutur dia.

Banyaknya jemaat yang terdata di Kelenteng Hok Yoe Kiong, kata Subastian, dikarenakan kelenteng ini merupakan yang tertua di Nganjuk.

Kelenteng ini berdiri sejak tahun 1958, yang awalnya hanya berupa bangunan sederhana.

Namun, kini seiring dengan adanya jemaat yang merantau ke luar daerah dan kemunculan beberapa wihara di beberapa lokasi, akhirnya jumlah jemaat yang aktif di Kelenteng Hok Yoe Kiong tinggal sedikit.

“Di Nganjuk ini sebenarnya Kelenteng yang resmi ini ya di sini,” pungkas Subastian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com