Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan bahwa bahasa daerah menjadi bahan baku bagi Bahasa Indonesia. Misalnya saja diambil dari bahasa Sunda.
"Mengambil dari dahasa daerah termasuk Bahasa sunda untuk menjadi bagian dari Bahasa Indonesia, kadang-kadang di tingkat yang lebih kompleks bahasa daerah juga menjadi pertimbangan dalam menentukan tata bahasa," katanya.
Dia mengatakan, saat ini Bahasa Indonesia bersaing dengan Bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari berbagai kalangan. Sehingga butuh solusi permanen seperti upaya digitalisasi aksara daerah yang dilakukan Pandi, agar bahasa dan aksara daerah tidak tergerus.
Sementara Pandi, akan terus bekerja sama dengan Yayasan Kebudayaan Rancage, terutama untuk upaya digitalisasi aksara nusantara.
"Kalau kita bicara aksara tentu tidak bisa dilepaskan dari bahasa dan bahasa tidak bisa dilepaskan dari budaya," kata Yudho Giri Sucahyo, Ketua Pandi.
Sebagai informasi, pada Anugerah Sastera Rancege ke-33 di Bandung, Yayasan kebudanaan Rancage memberikan memberikan enam penghargaan kepada sastrawan daerah.
Enam penghargaan tersebut diberikan ke sastrawan yang masing-masing mewakili bahasa daerahnya.
Keenam pemenang itu ialah Dadan Sutisna untuk sastera Sunda dengan novel berjudul "Sasalad".
Supali Kasim mewakili sastera Jawa dengan Kumpulan puisi yang berjudul "Sawiji Dina Sawiji Mangsa".
Untuk sastera Bali ada kumpulan cerpen berjudul "Nglekadang Mèmè" karya Komang Berata.
Untuk sastera Lampung ada kumpulan puisi karya Elly Dharmawanti dengan judul "Dang Miwang Miku Ading".
Untuk sastera Madura ada kumpulan puisi berjudul "Sagara Aeng Mata Ojan" karya Lukman Hakim AG.
Dan terakhir ada Risnawati, Pemenang Hadiah Samsudi, dengan karya cerpen anak yang berjudul "Pelesir Ka Basisir."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.