Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Haminjon di Tanah Batak, Dulu Melebihi Emas, Sekarang di Ambang Cemas (Bagian II)

Kompas.com - 05/02/2021, 13:09 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Haminjon atau kemenyan sudah menjadi bagian dari tradisi suku Batak.

Haminjon seharga emas

Kemenyan awalnya menjadi hasil bumi yang mahal. Pada 1960-an di Humbahas, harganya sama dengan emas.

Para petani haminjon bahkan mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi.

Surat kabar Imanuel yang diterbitkan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) edisi 24 Oktober 1920, menampilkan grafik hasil bumi yang dikeluarkan dari Tapanuli Utara pada 1919, yang didominasi oleh karet, kopi, kopra dan kemenyan.

Produksi kemenyan sebanyak 1,8 ton lebih dengan nilai jual 1,5 juta gulden.

Baca juga: Kisah Haminjon di Tanah Batak, Dulu Melebihi Emas, Sekarang di Ambang Cemas (Bagian I)

Masih di surat kabar yang sama edisi 14 November 1920, dilaporkan bahwa pedagang besar meraup untung besar dari kemenyan. Harga belinya 70 sen per kilogram dan dijual 2,22 gulden.

Melalui Pelabuhan Barus, haminjon dibawa menjejak tanah Eropa hingga Timur Tengah.

Bangsa Eropa sejak dulu mengenal Tano Batak sebagai penghasil kemenyan terbaik.

Namun, meski perdagangan ini sudah berjalan ratusan tahun, petani tak bisa menentukan harga dan tak mengetahui harga di perdagangan dunia.

"Sejak dulu, mereka pasrah dengan harga yang ditentukan tauke (pengepul). Mungkin mereka berpikir, dengan harga di tauke saja sudah kaya," ujar Roganda sambil tertawa.

Harganya anjlok

Kemenyan biasa tumbuh di daerah perbukitan dengan ketinggian 900-1.200 meter di atas permukaan laut, bersuhu antara 28-30 derajat celsius.

Berbeda dengan karet, penyadapan getah tak perlu wadah. Setelah dicungkil, getah akan keluar dari batang pohon, meleleh seperti lilin dan lengket di kulit pohon.

Cukilan pertama akan menghasilkan getah putih (sidukabi) yang baru bisa diambil sekitar tiga bulan kemudian. Getah menempel di kulit pohon sehingga harus mencongkel kulit pohon untuk memanennya.

Getah ini dihargai paling tinggi, sekitar Rp 300.000-an per kilogram.

Baca juga: Kisah Pemuda Bantul Tak Kuliah Demi Buat Berbagai Jenis Dinosaurus, Mirip Asli, Dipesan Banyak Wahana

Bekas cukilan akan menghasilkan tetesan getah kedua yang disebut jurur, bisa dipanen dua sampai tiga bulan setelah memanen sidukabi.

Setelah itu muncul getah ketiga yang disebut tahir, harganya lebih murah.

Haminjon paling banyak tumbuh di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbahas, Pakpak Bharat, Toba dan Samosir.

Juga dikembangkan di Dairi, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah, meski tidak terlalu banyak.

Namun, tetap daerah penghasil terbesar masih dirajai Tapanuli Utara dan Humbahas.

"Lagi rendah harga kemenyan, di tingkat petani mereka jual ke tauke Rp 230.000 sampai 250.000 per kilogram yang kualitas nomor satu," kata Roganda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com