Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolam Retensi Dinilai Ampuh Mengatasi Banjir di Kota Semarang

Kompas.com - 04/02/2021, 20:58 WIB
Riska Farasonalia,
Dony Aprian

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Banjir rob masih menjadi persoalan serius yang harus dihadapi oleh sejumlah daerah terutama di kawasan pesisir.

Di Kota Semarang, penanganan banjir rob khususnya di wilayah pesisir Semarang bagian utara terus dilakukan secara optimal.

Tenaga Pengajar Sumber Daya Air dan Bencana Fakultas Teknik Undip Suseno Darsono mengatakan, salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam mengatasi banjir dengan membangun kolam retensi.

Kolam retensi tersebut berfungsi untuk menahan air sementara, sebelum dibuang ke aliran sungai.

"Tinggal kemudian diperlukan desain sedemikian rupa supaya menarik untuk dihuni masyarakat," ungkapnya kepada wartawan, Kamis (4/2/2021).

Baca juga: Jateng di Rumah Saja, Pasar Tradisional dan PKL di Semarang Tetap Beroperasi

Selain itu, sistem drainase di wilayah Semarang Tengah juga diuntungkan dengan keberadaan mesin pompa berkapasitas 35 meter kubik per detik.

"Saluran atau sistem drainase utama saya melihat sudah optimal dan baik. Artinya, persoalan banjir bisa dikendalikan. Selanjutnya tinggal sistem drainase yang masuk kategori tersier," katanya.

Menurut dia, jauh sebelum ini, persoalan kawasan pesisir tak sekadar banjir rob.

Jika dikaitkan, hal ini tak lepas dari persoalan penurunan tanah.

Penyebabnya bisa dipicu aktivitas manusia seperti pengeboran sumber air yang berlebihan hingga dampak dari beban bangunan.

Kabid Sumber Daya Air dan Drainase, Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang, Arif Dwi Harjono menyebut penanganan banjir rob di pesisir Semarang bagian utara, seperti Tanah Mas sudah mencapai 80 persen.

Kendati demikian, dibutuhkan peran serta dari masyarakat untuk mendukung program yang sudah dijalankan pemerintah kota terkait penanganan banjir rob.

"Problem lainnya adalah persoalan sampah. Kalau masih terjadi, maka berpengaruh terhadap operasional pompa yang ada. Maka kami perlu meyakinkan warga untuk turut serta menjaga lingkungan," ujarnya.

Baca juga: Banjir Rendam 16 Kelurahan di Kota Pekalongan, 13.000 Warga Terdampak

Arif mengatakan, banyak variabel yang memang harus dilihat untuk menilai penanganan banjir bisa berjalan baik.

"Harus dilihat secara terpisah berdasarkan sistem. Secara umum pada wilayah yang sudah memiliki sistem bisa kami nilai berhasil. Cuma untuk daerah-daerah tertentu, memang harus diupayakan lagi," katanya.

Sementara itu, Kasi Pengendalian Tata Ruang Dinas Penataan Ruang Kota Semarang, Transiska Luis Marina menyebut, pembangunan sejumlah polder/embung dan kolam retensi dinilai cukup ampuh mengatasi persoalan banjir di Kota Semarang.

"Kami dari sisi penataan ruang berupaya bagaimana perencanaan kota terkait penempatan embung dalam pengembangan kawasan di Semarang. Kami selalu melakukan identifikasi, disertai dengan kajian teknis, baik dari sisi tata kota atau pekerjaan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com