Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertahankan Resep Turun-temurun, Kue Keranjang Dua Liong Tetap Produksi di Masa Pandemi

Kompas.com - 04/02/2021, 19:25 WIB
Maria Arimbi Haryas Prabawanti,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

SURAKARTA, KOMPAS.com – Sore itu, Rabu (3/2/2021), suasana Kampung Jagalan, Jebres, Surakarta, Jawa tengah yang biasanya sepi, nampak lebih ramai daripada hari-hari biasanya.

Beberapa orang terlihat berlalu-lalang menjemur cetakan kue dan saling membantu mengangkat kukusan dari dalam dapur salah seorang warga.

Saat pintu dapur rumah tersebut terbuka, tercium aroma gula diiringi kepulan asap putih yang memenuhi sepanjang jalan Kampung Jagalan.

“Rumah ini memang memproduksi kue keranjang yang kami beri nama Dua Liong,” kata Ratna Sari Tania, pemilik rumah yang juga warga Kampung Jagalan. kepada Kompas.com.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Menag Minta Imlek Tahun Ini Digelar Sederhana dan Virtual

Sambil membantu proses pembuatan kue, Ratna menuturkan, rumah produksinya hanya membuat kue keranjang menjelang Imlek saja.

“Hari-hari biasa tidak membuat, karena sesuai adat di sini, kami hanya memproduksi kue keranjang satu bulan sebelum imlek dan satu bulan sesudah imlek,” katanya.

Ratna mengatakan, saat hari-hari biasa, dirinya dan warga lain bekerja sebagai buruh serabutan, pengrajin rambak, atau berdagang makanan di pasar.

“Kalau menjelang imlek, kami memang sudah diagendakan untuk produksi kue keranjang ini, pekerjaan yang lain ditinggal dulu,” katanya.

Baca juga: 7 Hotel di Jakarta Tawarkan Promo Imlek, Harga mulai Rp 600.000-an

Pertahankan resep 

Ratna menuturkan bahan-bahan kue keranjang miliknya tidak pernah berubah. Ia masih mempertahankan resepnya sejak usahanya berdiri pada 1940-an

“Kami hanya menggunakan ketan dan gula putih saja, tidak memodifikasi dengan variasi rasa lain yang sedang populer saat ini, seperti cokelat, vanila, dan pandan," katanya.

Meski tidak menggunakan pengawet dan perasa kekinian, Ratna mengatakan, kue keranjang khas Imlek buatannya mampu bertahan hingga tiga bulan.

Tidak hanya menggunakan bahan tradisional dan resep turun-temurun, Ratna menceritakan, ia juga memilih ketan yang berkualitas bagus untuk dijadikan bahan baku.

Baca juga: Imlek di Tengah Pandemi Covid-19, Pemkot Tangsel Larang Pertunjukan Barongsai dan Kembang Api

“Harus yang putih dan tidak apek, karena ketan yang paling berpengaruh agar tidak mudah asam saat di fermentasi,” jelasnya.

Kemudian, kata dia, ketan yang dipilih dicuci sampai benar-benar bersih dan ditiriskan agar kadar airnya berkurang.

“Kalau sudah, ketannya lalu digiling menggunakan mesin pres dan dicampur dengan gula sampai menjadi adonan kue,” jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com