KOMPAS.com - Animal Defender Indonesia menyoroti tingginya tingkat konsumsi daging kucing dan anjing di Medan.
Hal itu, menurut Ketua Animal Defender Indonesia Doni Herdaru, dipicu adanya mitos bahwa makan daging kucing bisa menyembuhkan penyakit asma.
"Itu mitos. Marilah kita edukasi. Asma ada obatnya, bukan makan kucing," katanya, Selasa (2/2/2021) di Mapolsek Medan Area pada Selasa (2/2/2021) siang.
Baca juga: Titik Terang Kasus Jagal Kucing di Medan, Saksi Kunci Ditemukan, Bukti Lengkap
Berdasar informasi yang dia peroleh, menurut Doni, kasus konsumsi daging kucing dan anjing di Medan termasuk tinggi setelah Kota Solo.
"Kalau di Medan, kasus kucing dan anjing (dikonsumsi) jelas tinggi. Untuk kasus daging anjing, Medan buat saya nomor 2, nomor 1 itu Jawa, di Surakarta, Solo Raya. Jakarta itu nomor 3," katanya.
Baca juga: Usai Perkosa Bocah SD di Hutan, Oknum Guru Ini Beri Uang Rp 10.000 dan Tinggalkan Korban di SPBU
Doni megakui, pihaknya belum memiliki angka pasti berapa ekor kucing yang telah dibunuh untuk dikonsumsi di Kota Medan.
Namun demikian, dia mencontohkan kasus jagal kucing Tayo di Jalan Tangguk Bongkar. Dari informasi yang diterimanya, tempat jagal kucing juga dijadikan sebagai tempat usaha katering.
"Bisa dibayangkan kalau minimal sehari, dia kan jualnya 1 kg Rp 70.000. Untuk 1 kg daging kucing yang dihilangkan kepala dan isi perutnya, 1 kucing beratnya paling banyak 300 gram. Maka, untuk 1 kg butuh 3,5 ekor," katanya.
Lalu, untuk mendapatkan 1 kg dibutuhkan 3,5 ekor kucing. Jika diasumsikan sehari 1 kg daging kucing maka dalam sebulan dia bisa menjagal hampir 100 ekor.
Maka, menurut Doni, diperkirakan dalam setahun lebih kurang ada 1.200 ekor yang dijagal.
Baca juga: 1 Kg Butuh 3,5 Ekor Kucing, dalam Setahun Bisa 1.200 Kucing Dijagal...