Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Dentuman di Malang, Penyebabnya Bukan Empat Hal Ini

Kompas.com - 03/02/2021, 12:31 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Warga Kota Malang dan sekitarnya dibuat gempar oleh fenomena dentuman yang terjadi pada Selasa (2/2/2021) malam hingga Rabu (3/2/2021) dini hari.

Salah seorang warga, Muhammad Anang Mustofa, mengaku mulai mendengar dentuman tersebut pada pukul 23.00 WIB.

Pria yang bertempat tinggal di Tajinan, Kabupaten Malang, ini menyebut dentuman sampai membuat bagian rumahnya bergetar.

"Kaca-kaca rumahku sampai getar. Rasanya dekat banget dari rumah saya. Sekitar jam tujuh tadi masih terdengar. Tapi kaca sudah tidak getar lagi," terangnya kepada Kompas.com, Rabu (3/2/2021).

Baca juga: Suara Dentuman Misterius Terdengar di Malang, Kaca Rumah Warga sampai Bergetar

Sedangkan Lisdya Shelly, warga Bareng, Kota Malang, mendengar dentuman sekitar pukul 01.30 WIB.

"Aku dengar sekitar jam dua, suaranya dem dem. Nah terus aku tinggal tidur. Jam 04.30 bangun dengar lagi. Tapi suaranya sudah lirih," bebernya.

Operator Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang Mokhamad Aziz Wijaya mengatakan belum bisa memastikan sumber bunyi dentuman itu.

"Suaranya dem, dem, kayak letusan meriam. Ini frekuesinya terus menerus," ujar dia.

Baca juga: Soal Suara Dentuman Misterius di Malang, BMKG Sebut Bukan dari Gempa dan Petir

Bukan dari aktivitas kegempaan

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Karangkates, Kabupaten Malang, Ma’muri, menjelaskan sumber bunyi dentuman di Malang bukan berasal dari aktivitas kegempaan maupun petir.

Pasalnya, dua hal itu tidak terekam dalam alat deteksi BMKG.

“Sejauh ini rekaman tentang gempa bumi, rekaman seismik kami memang tidak ada anomali dari kemarin. Kalau dibilang dari getaran tanah, enggak juga karena rekaman sensor kami tidak mencatat," paparnya kepada Kompas.com, Rabu (3/2/2021).

Bukan dari petir

Ma’muri menambahkan pendeteksi petir milik BMKG tidak mencatat adanya aktivitas petir yang berlebih hingga memicu bunyi dentuman.

"Terus yang kedua berkaitan dengan petir. Jadi kami juga punya alat lightning detector. Kami lihat di daerah Malang Raya juga clear, tidak ada aktivitas petir yang berlebihan. Dari dua itu kami simpulkan bahwa ini bukan karena getaran gempa bumi ataupun aktivitas petir," tegasnya.

Baca juga: Kesaksian Warga soal Suara Dentuman di Malang, Terdengar dari Malam hingga Pagi, Mirip Letusan Meriam

 

Bukan dari aktivitas penerbangan

Dilansir dari suryamalang.com, Rabu (3/2/2021), Kepala Penerangan Lanud Abulrachman Saleh Letkol Sus. Dodo Agus Prio memastikan bunyi dentuman bukan disebabkan oleh aktivitas penerbangan di sekitar Lanud Abulrachman Saleh, Malang.

“Kami tidak melakukan aktivitas penerbangan apa pun pada Selasa (2/1/2021) malam dan Rabu (3/1/2021) dini hari,” tuturnya.

Dia menyampaikan jadwal penerbangan malam biasanya dimulai jam 18.00 hingga 21.00 WIB.

Baca juga: Misteri Sinyal 20 Detik yang Terekam Sensor BMKG Saat Dentuman di Bali

Bukan aktivitas Semeru

Mengutip suryamalang.com, Rabu (3/2/2021), aktivitas Gunung Semeru juga bukan menjadi penyebab munculnya dentuman di Malang.

Hal ini diungkapkan oleh Syarif Hidayat, Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

“Sesuai rekaman seismik, aktivitas Gunung Semeru masih normal,” paparnya,

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Malang, Andi Hartik | Editor: Dheri Agriesta, David Oliver Purba), Suryamalang.com

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com