Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Sosok Pembeli Pulau Lantigiang, Seorang Direktur dan Istri WN Italia

Kompas.com - 02/02/2021, 19:51 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com - Kabar jual beli Pulau Lantigiang, Sulawesi Selatan menghebohkan masyarakat belakangan ini.

Salah satunya karena pulau tersebut dihargai Rp 900 juta.

Penjualnya, Syamsul Alam mengaku kakek neneknya telah memiliki pulau tersebut sejak lama.

Sementara pembelinya ialah seorang pengusaha asal Desa Laiyolo, Kecamatan Bontosikuyu, Selayar, Asdianti.

Berikut lima fakta terkait sosok Asdianti:

Baca juga: Sosok Perempuan Pembeli Pulau Lantigiang Seharga Rp 900 Juta, Suaminya WN Italia

1. Masa kecil di Selayar

Suasana Pulau Lantigiang Selayar, Kecamatan Takabonerate, Sulawesi Selatan.  Dokumentasi AsriKOMPAS.com/NURWAHIDAH Suasana Pulau Lantigiang Selayar, Kecamatan Takabonerate, Sulawesi Selatan. Dokumentasi Asri
Asdianti sejak kecil hidup di Selayar. Dia merupakan anak bungsu dari dua bersaudara dan dibesarkan dari keluarga petani cengkeh.

Asdianti berasal dari Desa Laiyolo, Kecamatan Bontosikuyu, Selayar, Sulawesi Selatan

Masa kecil Asdianti banyak dihabiskan di Selayar. Ia bersekolah di SD dan SMP di tempat tersebut.

Namun dia berpindah ke Makassar untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMA.

Setelah itu, Asdianti melanjutkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi swasta di Bali dan mengambil jurusan bisnis.

Baca juga: Satu Keluarga di Surabaya Ditetapkan Jadi Tersangka dan Terancam 9 Tahun Penjara, Ini Ceritanya

 

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi
2. Suaminya WN Italia

Lulus kuliah, Asdianti memulai karier sebagai sales consultant.

Dia saat itu bekerja di sebuah perusahaan properti di Bali.

Dari situlah dia memulai perjumpaannya dengan sang suami.

Suaminya adalah seseorang berkewarganegaraan Italia.

Baca juga: Pengakuan Pembeli Pulau Lantigiang: Saya Beli Tanah, Bukan Pulau dan Sudah Konsultasi Taman Nasional

3. 21 tahun tinggal di Bali

ilustrasi Pulau BaliShutterstock ilustrasi Pulau Bali
Ternyata suami yang merupakan WNA Italia adalah bos Asdianti saat bekerja di Bali.

Mereka lalu menetap di Bali selama bertahun-tahun.

"15 tahun yang lalu suami jadi bos saya, jadi satu tempat kerja. Memang saya sudah lama tinggal di Bali sekitar 21 tahun," kata Asdianti kepada Kompas.com, Senin (1/2/2021).

Baca juga: Semua Kepala Desa di Selayar Dikumpulkan Usai Heboh Pulau Lantigiang Dijual, Ini Wejangan Bupati

 

IlustrasiShutterstock Ilustrasi
4. Jadi direktur perusahaan

Asdianti kini menduduki jabatan sebagai seorang direktur di PT Selayar Mandiri Utama.

Selama ini dia memang berkecimpung di dunia properti.

Saat di Bali, dia pernah menawarkan persewaan vila seharga Rp 400 juta per tahun.

"Sampai sekarang saya menawarkan vila di Bali Rp 80 juta per bulan sampai Rp 400 juta setahun," ungkap dia.

Baca juga: Bupati Selayar Ungkap Pulau Lantigiang Dijual sejak Tahun 2019

5. Mengaku beli tanah di Lantigiang

Suasana Pulau Lantigiang, Kecamatan Takabonerate, Sulawesi Selatan. Dokumentasi AsriKOMPAS.com/NURWAHIDAH Suasana Pulau Lantigiang, Kecamatan Takabonerate, Sulawesi Selatan. Dokumentasi Asri
Dari hasil keringatnya, Asdianti menabung dan membeli tanah seluas 4 hektare di Pulau Lantigiang.

Namun pembelian tanah itu belakangan menggegerkan publik karena kabar yang beredar, Asdianti membeli pulau tersebut.

Dia mengaku telah berkonsultasi dengan Balai Taman Nasional Taka Bonerate dan bisa membangun di zona pemanfaatan, bukan di zona inti.

Sebab zona inti adalah kawasan yang tidak boleh dibangun sama sekali.

"Karena Balai Taman Nasional Taka Bonerate waktu itu menyarankan Pulau Lantigiang, Pulau Belang- belang dan pulau lain, tapi saya tertarik hanya Lantigiang dan Latondu Besar,"tutur Asdianti saat dikonfirmasi Kompas. com, Minggu (31/1/2021).

Pengacara Asdianti, Zainuddin mengatakan tanah di Pulau Lantigiang itu dikuasai oleh kakek Syamsu Alam, Dorra sejak tahun 1942.

"Masyarakat duluan ada di sana sementara Taman Nasional Taka Bonerate ada pada tahun 2000," ungkapnya.

Hal tersebut dikuatkan dengan adanya surat keterangan kepemilikan tanah di Pulau Lantigiang tahun 2015. Transaksi jual beli dilakukan pada tahun 2019.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Bulukumba, Nurwahidah | Editor : Dony Aprian)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com