Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Keluarga Pasien Non-Covid-19 Saat Pandemi: Saya Merasa Bersalah Tak Bisa Bawa Mama ke ICU

Kompas.com - 02/02/2021, 12:25 WIB
Rachmawati

Editor

Bobby sendiri mengatakan bahwa ia "tidak menyalahkan siapapun" dalam twitnya yang menjadi viral.

Baca juga: RSUD Depok Akan Tambah Lagi ICU dan Tempat Tidur Isolasi Pasien Covid-19 Bulan Depan

Ia hanya ingin menyampaikan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati.

"Yuk, stop Covid itu jangan di rumah sakit, sudah penuh rumah sakit tuh. Stop Covid itu di sekitar kita -- jangan kebanyakan nongkrong, keluar pakai masker, lebih proper lagi buat menjaga protokol kesehatan," ujarnya.

Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia telah memperingatkan jika angka kasus positif tak kunjung menurun, seluruh rumah sakit di Jawa dan Bali akan kolaps.

Itu berarti, pasien yang datang tidak bisa mendapat perawatan.

Di RSUD Tanah Abang, yang terletak di salah satu zona merah di Jakarta, puluhan pasien dapat mengantre untuk satu tempat tidur. Direktur rumah sakit tersebut, Savitri Handayana, berkata kepada BBC News Indonesia: "Hampir dikatakan kita itu tidak ada bed yang kosong setiap harinya."

Baca juga: Kegundahan Amelia, Dokter yang Terpaksa Memilih Pasien karena Ruang ICU Khusus Covid-19 Penuh

Memilih pasien untuk masuk ICU

Dokter-dokter di rumah sakit seringkali harus memilih pasien mana yang harus dirawat lebih dulu di ICU karena keterbatasan tempat tidur. Hal itu terjadi pada dr. Amelia Martira, yang bekerja di RSUD Kota Depok, Jawa Barat.

Lewat Twitter, ia menceritakan pengalaman memilih seorang laki-laki berusia 47 tahun, seorang kepala keluarga, untuk masuk ICU lebih dulu dari seorang perempuan berusia 72 tahun.

Kepada BBC News Indonesia, dr. Amelia menjelaskan bahwa ada berbagai faktor yang dipertimbangkan seorang dokter dalam memprioritaskan pasien untuk perawatan dalam situasi ICU penuh.

Salah satunya, seberapa cepat pasien tersebut dapat keluar dari ICU supaya tempat tidurnya bisa segera diisi oleh pasien lain yang membutuhkan.

Baca juga: Ruang ICU Penuh, Wakil Wali Kota Tangsel: Masyarakat Jangan Sakit

Saya bertanya kepada sang dokter, apakah keharusan untuk membuat keputusan seperti itu berkali-kali membebani jiwanya.

"Iya memang, itu pasti membebani jiwa," jawab dr. Amelia. "Hanya saja untungnya dalam pendidikan kami... Saya sudah jadi dokter anestesi sejak 2004, jadi alhamdulillah saya punya pengalaman banyak dalam bagaimana saya memutuskan ... latihan-latihan inilah yang membuat saya bisa menjaga fisik dan mental."

"Karena pada akhirnya, yang mesti kita camkan sebagai seorang dokter adalah kami tidak bisa memuaskan setiap orang. Tapi yang bisa kami lakukan adalah memberikan usaha terbaik," imbuhnya.

Baca juga: 4 Upaya Tangsel Atasi Ruang ICU Pasien Covid-19 yang Terisi Penuh


Sejumlah tenaga kesehatan bersiap sebelum melakukan perawatan terhadap pasien COVID-19, di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Jakarta, Jumat (22/01). Jumlah tenaga kesehatan di RSD Wisma Atlet saat ini sebanyak 2.653 orang dan merawat 4.935 pasien COVID-19 per Jumat (22/01).ANTARA FOTO/FAUZAN Sejumlah tenaga kesehatan bersiap sebelum melakukan perawatan terhadap pasien COVID-19, di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Jakarta, Jumat (22/01). Jumlah tenaga kesehatan di RSD Wisma Atlet saat ini sebanyak 2.653 orang dan merawat 4.935 pasien COVID-19 per Jumat (22/01).
Sang dokter menjelaskan, di RSUD Depok saat ini terdapat enam tempat tidur untuk pasien dalam kondisi kritis yang membutuhkan ventilator dan dua tempat tidur untuk pasien non-ventilator.

Total, ada 100 tempat tidur di rumah sakit tersebut.

Sejak akhir Agustus, kata dr. Amelia, pihak rumah sakit terus menambah tempat tidur untuk mengurangi antrean di IGD yang ia sebut "sudah overcrowded". Namun ini pun akan mencapai batasnya jika tidak ada pengurangan di bagian hulu.

Menurut sang dokter, terdapat dua pertanda fasilitas kesehatan mulai kolaps: angka kematian pasien meningkat dan semakin banyak tenaga kesehatan yang mulai terinfeksi.

Baca juga: Wakil Wali Kota Tangsel: Ruang ICU untuk Pasien Covid-19 Memang Terisi 100 Persen

Menurut data pemerintah, tren angka kematian di Indonesia terus meningkat, mencapai rekor pada Kamis (28/01) lalu.

Sementara IDI melaporkan bahwa 647 tenaga kesehatan - termasuk dokter, perawat, bidan, dan tenaga lab medis - meninggal karena Covid-19 sejak Maret 2020.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com