Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Keluarga Pasien Non-Covid-19 Saat Pandemi: Saya Merasa Bersalah Tak Bisa Bawa Mama ke ICU

Kompas.com - 02/02/2021, 12:25 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda terus membebani fasilitas kesehatan di Indonesia.

Seorang warga Bandung menceritakan pengalaman kehilangan orang terkasih karena penyakit non-Covid akibat tidak kebagian tempat tidur di unit perawatan intensif.

Selasa dua pekan lalu, Bobby Muhammad Iqbal meritwit sajak dari penyair Hasan Aspahani berjudul UGD, menceritakan seseorang yang meninggal setelah ditolak oleh rumah sakit yang sudah penuh.

Sehari kemudian, hal itu terjadi kepadanya. Ibunya mengalami pembengkakan jantung, yang membuatnya kesulitan bernapas.

Baca juga: DIY Tambah Kapasitas Tempat Tidur ICU dan Isolasi untuk Pasien Covid-19

Bobby dan ayahnya segera membawa sang ibu - mereka memanggilnya "Mamah" - ke rumah sakit terdekat di kota Bandung, namun rumah sakit tersebut tidak bisa menerima pasien karena sudah penuh.

Mereka kemudian membawa perempuan sepuh itu ke rumah sakit lain, yang masih memiliki tempat tidur kosong di Unit Gawat Darurat (UGD).

Pada Kamis siang, kata Bobby, sang ibu masih sadar dan sempat menolak ketika perawat hendak memberikan oksigen karena ia merasa sesak napas.

Sore harinya, dokter jaga memberi tahu Bobby bahwa kondisi ibunya kritis dan perlu dirawat di unit perawatan intensif atau ICU.

Baca juga: UPDATE 28 Januari: 596 Pasien Covid-19 di Tangsel Masih Dirawat, Ruang ICU Penuh

Namun ICU di rumah sakit tersebut sudah penuh oleh pasien Covid-19; dan kalau pun bisa masuk, ibunya harus menjalani tes seka terlebih dahulu, yang hasilnya baru keluar dua hari kemudian.

Bobby takut ibunya tidak terselamatkan.

Sang dokter memberi Bobby dua pilihan - merawat ibunya di kamar rawat biasa atau mencari tempat tidur ICU di rumah sakit lain.

"Gerilya dulu [mencari rumah sakit], cari yang terbaik buat Mamah. Kalau memang enggak dapat, boleh masuk ke ruang rawat tapi harus buat surat perjanjian dulu, kalau ada apa-apa dengan Mamah mungkin rumah sakit tidak bertanggung jawab," kata Bobby menirukan perkataan dokter.

Baca juga: Tempat Tidur ICU untuk Pasien Covid-19 di Jakbar Terpakai 92,6 Persen

Kementerian Kesehatan menyediakan layanan Siranap RS yang dapat diunduh secara gratis dan diakses melalui situs resmi Kemenkes untuk pencarian informasi ketersediaan tempat tidur bagi pasien COVID-19 di rumah sakit seluruh Indonesia.ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra Kementerian Kesehatan menyediakan layanan Siranap RS yang dapat diunduh secara gratis dan diakses melalui situs resmi Kemenkes untuk pencarian informasi ketersediaan tempat tidur bagi pasien COVID-19 di rumah sakit seluruh Indonesia.
Bobby pun mencari bed ICU yang masih kosong di kota Bandung melalui berbagai cara, termasuk bantuan kakak iparnya yang bekerja di salah satu rumah sakit besar.

Nahas, sebelum ia bisa mendapatkannya, sang ibu keburu meninggal dunia.

Diwawancarai BBC News Indonesia sepekan kemudian, Bobby mengatakan ia merasa bersalah karena tidak sempat memberikan ibunya perawatan terbaik.

"Maksudnya, dengan harapan kalau Mamah saya bisa masuk ke ICU, itu bisa memperpanjang harapan hidup Mamah saya."

"Walaupun mungkin pas di ICU tidak tertolong, setidaknya Mamah saya mendapatkan pertolongan terbaik sebelum akhir hayatnya," ungkapnya.

Baca juga: Direktur RSUD Depok: Kami Tambah ICU dan Ruang Isolasi Pasien Covid-19, Langsung Penuh Lagi

Bobby membagikan pengalamannya di Twitter, dan twitnya segera mendapat balasan dari banyak warganet yang menceritakan pengalaman serupa.

Di antara mereka ada seorang ayah yang mengharapkan "keajaiban" karena bayi perempuannya terkena bronkopneumonia dan sangat membutuhkan ruangan ICU beserta alat ventilator namun setelah pencarian selama tiga hari belum juga mendapatkannya karena rumah sakit masih penuh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com