Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sukirno Alami Luka Bakar hingga Tak Punya Pori-pori dan Kehilangan Keluarga Saat Erupsi Merapi

Kompas.com - 02/02/2021, 08:03 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Tahun 1994 tidak bisa dilupakan oleh Sukirno.

Pria yang saat ini berusia 55 tahun ini harus kehilangan anggota keluarganya karena menjadi korban erupsi Gunung Merapi yang menerjang Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman.

Tak hanya itu, Sukirno pun tak luput turut menjadi korban dalam peristiwa itu. Tubuhnya mengalami luka bakar 75 persen.

Sembari duduk di depan bunker Tunggularum, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Sukirno menceritakan detik-detik peristiwa kelabu yang terjadi pada tahun 1994.

Saat itu, Sukirno beserta istri dan kedua anaknya tinggal di Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.

"Waktu jam 3 (pagi) itu sudah ada tanda-tanda (aktivitas Gunung Merapi). Jam 7 pagi itu sudah merasakan hawa panas," ujar Sukirno sembari duduk santai di depan bunker Tunggularum, Kamis (28/1/2021).

Baca juga: Kisah Sopir Angkot di Kendari Bawa Bayi Sambil Narik Penumpang, Videonya Viral

Hari itu, Sukirno dan keluarga berencana menghadiri acara pernikahan di rumah tetangganya.

Setelah persiapan, Sukirno berangkat ke acara pernikahan bersama istri dan anaknya dengan mengendarai sepeda motor.

Tak lupa, Sukirno dan istri juga membawa bingkisan untuk diberikan kepada keluarga yang menikah.

"Waktu itu boncengan naik motor L2G Yamaha. Jadi yang menikah itu teman istri saya yang juga seorang guru," ungkapnya.

Sesampainya di lokasi, istri dan anaknya turun dari sepeda motor. Sukirno lantas memakirkan sepeda motornya.

Namun saat berjalan di halaman rumah tetangganya tersebut tiba-tiba Gunung Merapi mengalami erupsi memuntahkan awan panas.

Dusun Turgo pun tak luput terdampak awan panas tersebut, termasuk di lokasi acara pernikahan.

"Jadi gumpalan itu menuju ke tempat acara manten (pernikahan) itu jadi tiba-tiba. Istilahnya kita enggak bisa siap-siap," urainya.

Menurutnya, saat itu tidak ada tanda-tanda atau suara gemuruh sebelum terjadi awan panas tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com