Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Preman, Adang Ditusuk 50 Kali hingga Tewas, Pelaku: Banyak Orang yang Kesal karena Dipalak

Kompas.com - 01/02/2021, 12:52 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Adang Suganda seorang preman ditemukan tergeletak bersimbah darah di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung pada Minggu (24/1/20201).

Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk mendapatkan perawatan.

Namun Adang meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama dua hari karena kehabisan banyak darah.

Polisi pun melakukan penyelidikan dan berhasil mengamankan 4 pelaku penusukan Adang. Mereka adalah TH (17), TJ (21), SMR (19), AHL (36).

Baca juga: Korban Tewas dengan 50 Luka Tusuk di Bandung Disebut Sering Meresahkan Warga

Kepada polisi, para pelaku mengaku perilaku korban semasa masih hidup kerah meresahkan warga sekitar.

Menurut Hendra tindakan tersebut terjadi lantaran perilaku korban semasa hidupnya yang kerap meresahkan warga di sekitarnya.

"Iya kurang lebih seperti itu (preman)," ucap Kapolresta Bandung, Kombes Hendra Kurniawan di Mapolresta Bandung, Senin (1/2/2021).

Baca juga: Pria Ditusuk 50 Kali di Bandung Ternyata Preman, 4 Pelakunya Diamankan

Dihabisi di tempat pemancingan

Tampak Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan tengah memperlihatkan pelaku dan barang bukti. Empat pelaku ini merupakan pelaku penganiayaan yang menyebabkan kematian Adang Suganda (28).KOMPAS.COM/AGIE PERMADI Tampak Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan tengah memperlihatkan pelaku dan barang bukti. Empat pelaku ini merupakan pelaku penganiayaan yang menyebabkan kematian Adang Suganda (28).
Di hari kejadian, Minggu (24/1/2021) dini hari, empat pelaku menunggu korban di salah satu pemancingan di Kampung Babakan Nugraha, Desa Cangkuangkulon, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.

Sebelum melakukan aksinya, para pelaku telah mempersiapkan alat-alat seperti senjata tajam, batu, dan kayu.

Saat korban melintas, para pelaku langsung menganiaya korban.

"Saat lewat dilakukan penganiayaan kurang lebih 50 lebih tusukan berdasarkan hasil otopsi," kata Hendra.

Baca juga: Hamil 6 Bulan, Karyawati Retail Modern Ditemukan Penuh Luka Tusuk di Gudang, Diduga Dianiaya

Polisi pun mengamankan 4 pelaku di lokasi berbeda. 3 pelaku diamankan di Tasikmalaya dan seorang lagi ditangkap di Cangkuang Kabupaten Bandung.

Polisi menjerat ke pelaku tersebut dengan pasal 170 juncto 340 dengan ancaman hukumannya 20 tahun penjara atau seumur hidup.

"Satu tersangka ada yang di bawah umur, nanti perlakuannya akan beda," kata Hendra.

Baca juga: Bule Slovakia Tewas di Bali dengan Luka Tusuk di Leher, Diduga Dibunuh

Korban kerap melakukan tindakan premanisme

Tampak Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan tengah memperlihatkan pelaku dan barang bukti. Empat pelaku ini merupakan pelaku penganiayaan yang menyebabkan kematian Adang Suganda (28).KOMPAS.com/AGIE PERMADI Tampak Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan tengah memperlihatkan pelaku dan barang bukti. Empat pelaku ini merupakan pelaku penganiayaan yang menyebabkan kematian Adang Suganda (28).
Hendra mengatakan semasa hidupnya, korban memang dikenal nakal, lantaran kerap melakukan tindakan premanisme seperti pemalakan, bullying, hingga pemukulan terhadap warga di sekitarnya.

"Empat pelaku punya histori mendapat perlakuan tidak baik oleh korban. Ada yang dipukuli, ada yang diminta uang dan sebagainya," ujar Hendra.

Sementara itu salah satu pelaku yakni AHL mengatakan ia kesal karena korban kerap melakukan tindakan premanisme.

"Banyak orang yang kesal dipalak, ditendang, dagangan orang diambil semua sampai berhari-hari," kata AHL.

Baca juga: Misteri Kematian Perempuan Muda di Bali, Sempat Telepon Pacar dan Tewas dengan 25 Luka Tusuk

Ia mengatakan korban kerap meminta uang Rp 5.000 pada setiap penngendara motor yang lewat.

"Suka disetop, kalo enggak dikasih ditendang," ujar AHL.

Sedangkan pelaku SMR mengaku ikut melakukan penganiyaan karena merasa sakit hati dengan perkataan korban.

"Saya emosi, sakit hati sama bicara korban, saya pukul pakai kayu," ucap dia.

Sumber: Agie Permadi | Editor : Aprillia Ika, Abba Gabrillin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com