Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Lantigiang Dijual, Ini Sejarah Kepulauan Selayar, Tanah Tempat Pelaut Berdoa

Kompas.com - 31/01/2021, 08:58 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Nama Pulau Lantigiang, Kabupaten Kepulauan Selayar menjadi perhatian publik setelah pulau berpasir putih itu dikabarkan dijual dengan harga Rp 900 juta.

Penjual bernama Syamsu Alam. Di mengklaim pulau tersebut milik neneknya. Rencananya Pulau Lantigiang dibeli oleh seseorang yang bernama Asdianti.

Dari transaksi jual beli pulau tersebut, Samsu Alam telah menerima uang muka Rp 10 juta.

Kabupaten Kepulauan Selayar tempat Pulau Lantigiang yang dijual berada di Provinsi Sulawesi Selatan.

Baca juga: Termasuk Lantigiang Selayar, Berikut 5 Pulau di Indonesia yang Sempat Diisukan Dijual


Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Selayar adalah Kota Benteng dan memiliki luas sebesar 10.5003,69 km2 yang terdiri dari wilayah daratan dan lautan.

Kepulauan Selayar terdiri dari 2 sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah daratan dan wilayah kepulauan.

Untuk wilayah daratan meliputi Kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene, dan Bontosikuyu.

Sedangkan wilayah kepulauan adalah Kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Takabonerate, Pasimarannu, dan Pasilambena.

Baca juga: 4 Fakta Penjualan Pulau Lantigiang Selayar, Dijual Rp 900 Juta hingga Klaim Milik Nenek

Pernah jadi rute dagang rempah nusantara

Ilustrasi rempahSHUTTERSTOCK/monticello Ilustrasi rempah
Pada masa lalu, wilayah Kepulauan Selayar pernah menjadi rute dagang menuju pusat rempah-rempah di Maluku.

Di pulau Selayar pada pedagang singgah untuk mengisi perbekalan serta menunggu musim baik untuk melanjutkan perjalanan laut.

Dilansir dari kepulauanselayarkab.go.id, nama Selayar berasal dari aktivitas berlayar.

Dalam Bahasa Sanskerta, nama Selayar berasal dari kata cedaya yang berarti satu layar. Konon pada masa lalu banyak perahu satu layar yang singgah di pulau tersebut.

Baca juga: Pulau Lantigiang Selayar Sulsel Diduga Dijual Rp 900 Juta, Pembeli Sudah Bayar Rp 10 Juta

Kata cedaya juga diabadikan di Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca yang ditulis pada abad 14.

Di kitab itu diceritakan jika pada pertengahan abad 14, saat Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk, wilayah Selayar masuk bagian dari Nusantara dan masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit,

Disebutkan juga jika armada Gajah Mada atau Laksamana Nala pernah singgah di Pulau Selayar.

Baca juga: Soal Temuan Seaglider di Kepulauan Selayar, Pengamat: Bisa Mengancam Kedaulatan

Tanah tempat bedoa

Pengunjung menikmati sunset di Sunari Beach, Dusun Tile-Tile, Desa Patikaria, Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.KOMPAS.com/NURWAHIDAH Pengunjung menikmati sunset di Sunari Beach, Dusun Tile-Tile, Desa Patikaria, Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Selain nama Selayar, pulau tersebut juga dikenal dengan nama Tana Doang yang berarti tanah tempat berdoa.

Nama tersebut muncul karena banyak pelaut yang berhenti bukan hanya untuk mengisi perbekalan tapi juga berdoa agar diberi keselamatan baik saat akan berlayar ke barat atau ke timur.

Sementara itu dalam kitab hukum pelayaran dan perdagangan Amanna Gappa yang ditulis pada abad 17, Selayar disebut sebagai adalah satu daerah tujuan niaga.

Alasannya adalah karena Selayar tempat transit untuk pelayaran ke timur atau ke barat. Dalam kitab tersebut juga dijelaskan para pelaut yang berlayar dari Makassar ke Selayar, Malaka, dan Johor diharuskan membayara sewa 6 rial setiap 100 orang.

Baca juga: Sempat Dikira Drone, Ini Fungsi Seaglider yang Ditemukan di Kepulauan Selayar

Pada tahun 1938, Belanda mulai menguasai Selayar. Saat itu pulau tersebut ditetapkan sebagai keresidenan dan dipimpim oleh W. Coutsier yang menjabat antara 1739 hingga 1743.

Berturut-turut ada 87 residen Belanda yang setara dengan residen seperti asisten resident, gesagherbber, WD Resident, atau controleur.

Sementara itu jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah reganschappen atau setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi bergelar "opu".

Baca juga: Seaglider di Selayar, KSAL: Tidak Ditemukan Tulisan Negara Pembuat

Setidak-tidaknya ada sepuluh reganschappen di Selayar kala itu, antara lain: Reganschappen Gantarang, Reganschappen Tanete, Reganschappen Buki, Reganschappen Laiyolo, Reganschappen Barang-Barang dan Reganschappen Bontobangun.

Baru pemerintahan ke-88 dipimpin oleh orang Selayar yang bernama Moehammad Oeppe Patta Boendoe.

Para tahun 1942, saat Jepang masuk, jabatan residen diganti menjadi Guntjo Sodai.

Baca juga: Begini Ciri-ciri Seaglider di Selayar yang Sempat Dicurigai Drone Laut

Hari Jadi Selayar

Pengunjung lokal Selayar, Samsul (29) menikmati keindahan Air terjun  Batu Karabe di Desa Balang Butung, Kecamatan Buki, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.  KOMPAS.com/NURWAHIDAH Pengunjung lokal Selayar, Samsul (29) menikmati keindahan Air terjun Batu Karabe di Desa Balang Butung, Kecamatan Buki, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Pada 29 November 1945 atau 19 hari setelah insiden Hotel Yamato di Surabaya, di Selayar terjadi peristiwa sejarah.

Sekitar 200 orang yang dipimpin Rauf Rahman pemuda bekas Heiho memasuki kantor polisi kolonial dan mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda.

Hinggah hari ini, 29 November menjadi Hari Jadi Kabupaten Selayar.

Selain peristiwa tersebut, pemilihan tanggal 29 November juga diambul dari masuknya agama Islam di Selayar yang dibawa oleh Datuk Ribandang. Kala itu Raja Gantarang, Pangali Patta Radja memeluk agam Islam.

Baca juga: Nelayan Selayar Temukan Benda Mirip Rudal Seberat 175 Kg

Raja Gantarang kemudian berganti nama Sultan Alauddin, nama pemberian daro Datuk Ribandang.

Peristiwa tersebut terjadi pada tahhun 1605. Sehingga Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar ditetapkan pada 29 November 1605.

Kabupaten Selayar dibentuk pada tahun 1955 berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822).

Baca juga: Cerita di Balik Pohon Kurma Berbuah di Halaman Masjid Agung Selayar

Kabupaten Selayar kemudian berubah nama menjadi Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan PP. No. 59 Tahun 2008.

Tercatat Bupati Selayar yang pertama adalah Abd Karim yang bertugas sejak 20 Oktober 1951 hingga 5 Mei 1952.

Hingga 2021 tercatat ada 17 bupati yang telah menjabat. Saat ini Kabupaten Kepulauan Selayar dipimpin oleh H M Basli Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com