Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penyelamatan Penyu di Mataram, Dulu Dibantai, Kini Para Pelaku Direkrut Jadi Pelindung

Kompas.com - 30/01/2021, 11:14 WIB
Karnia Septia,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Karena kecintaannya terhadap salah satu hewan yang dilindungi ini, Awan pun berinisiatif untuk melestarikan penyu dengan membuat tempat konservasi penyu di lahan miliknya.

Awan mengatakan, sepanjang garis pantai di Kota Mataram sebenarnya merupakan tempat penyu-penyu bertelur.

Saat masa bertelur penyu tiba, yaitu sekitar bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus. Penyu-penyu ini akan naik ke daratan untuk bertelur.

"Daratan kita di Lombok ini mempunyai sekitar empat atau lima jenis penyu. Tapi yang mendominasi di Pantai Mapak Indah ini adalah penyu lekang dan penyu sisik. Karena di depan Pantai Mapak indah ini terdapat terumbu karang," ujar Awan.

Hanya saja selama ini banyak oknum yang tidak bertanggung jawab memburu telur penyu untuk dijual atau dikonsumsi.

Perlahan-lahan Awan pun mulai memberi edukasi dan meyakinkan masyarakat untuk mau bersama-sama melestarikan penyu.

"Orang-orang yang awalnya pengepul telur penyu yang sering memperjualbelikan telur penyu itu yang kami rekrut menjadi anggota yang tertuang dalam Kelompok Pelestari Penyu Mapak (KP2M)," kata Awan.

Mereka diberi pekerjaan dan kini ikut mengelola tempat konservasi penyu.

Di tempat penangkaran penyu, Awan dan teman-temannya membuat sarang semi alami untuk menetaskan telur-telur penyu.

Suhu dan kelembaban dalam pasir pun diatur yaitu 29-30 derajat celsius dan tidak terkena air.

Kelembaban dan suhu pada pasir  dapat memengaruhi jenis kelamin penyu yang akan menetas.

Masa inkubasi di sarang semi alami ini membutuhkan waktu sekitar 45-80 hari baru bisa menetas menjadi tukik.

Setelah menetas, tukik-tukik ini akan dipindahkan ke kolam hingga siap untuk dilepas kembali ke laut.

Mulai dikenal

Seiring berjalannya waktu, tempat konservasi penyu di Pantai Mapak Indah semakin dikenal dan dikunjungi banyak orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com