Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Munjilah Kaget Dengar Suara Dentuman, Ternyata Rumahnya Dihantam Meteorit, Ini Ceritanya

Kompas.com - 30/01/2021, 09:21 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Rumah Munjilah (60), warga di Dusun 5 Astomulyo, Desa Muyodadi, Punggur, Lampung Tengah, dihantam batu meteorit, Kamis (28/1/2021) malam.

Munjilah mengatakan, mulanya ia dan suami mendengar suara benda berat jatuh disertai dentuman keras.

"Saya sama suami langsung ke dapur. Di dinding bagian bawah ada batu," ujar dia, Jumat (29/1/2021).

Munjilah melihat di tanah tempat batu itu terjatuh terdapat cerukan berdiameter 20 cm dan berkedalaman 6 sentimeter bekas dihantam benda keras.

Baca juga: Heboh Batu Meteorit Hantam Rumah Munjilah di Lampung, Ada Kepulan Asap di Langit hingga Penjelasan Ahli

Tetangga Munjilah, Dalijo menyebut, dirinya dan beberapa warga mendengar suara ledakan dari rumah Munjilah sekitar pukul 22.00 WIB.

"Lagi kumpul, kami dengar suara keras seperti ledakan," tutur dia.

Baca juga: Video Viral Sebuah Rumah di Lampung Dihantam Batu yang Dikira Meteor

Selain itu, sebelum suara ledakan terdengar, warga juga sempat melihat kepulan asap di langit.

Mereka kemudian mendatangi rumah Munjilah dan menemukan batu.

"Saya sempat pegang, terasa agak hangat," tutur Dalijo.

Kata OAIL

Peneliti dari Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL) Robiatul Muztaba mendatangi rumah Munjilah.

Peneliti mengambil sampel batu dengan mengikis batu tersebut.

Robiatul mengatakan, setelah proses penelitian berjalan, ia memastikan bahwa benda itu memang adalah meteorit.

 

"Benar, itu adalah batu sisa meteorit yang masuk ke bumi. Ada sejumlah ciri yang sesuai dengan benda antariksa," kata dia.

Beberapa ciri yang mendukung bahwa batu itu adalah meteorit yakni memiliki kandungan logam yang dikenal dengan nama stony iron.

Kemudian, ada sisi hitam di bagian batu akibat gesekan dengan atmosfer.

"Sudah kami uji dengan magnet. Ketika ditemukan pemilik rumah, batu tersebut dalam kondisi hangat. Itu merupakan dampak bebatuan yang bergesekan dengan atmosfer. Ada proses pembakaran di sana,” kata Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera Lampung tersebut.

Batuan tersebut juga mengandung unsur hidrat yang memicu oksidasi dengan ditunjukkan adanya bagian batu yang berwarna kekuningan.

Batu itu juga memiliki kandungan air, tapi bukan air dari bumi. Sehingga batu tampak berkarat meski dalam waktu yang singkat. (Penulis : Kontributor Lampung, Tri Purna Jaya | Editor : Aprillia Ika, Farid Assifa, Phytag)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com