Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Warga Baduy Nol Covid-19, Seharusnya Kita Belajar dari Mereka

Kompas.com - 29/01/2021, 14:17 WIB
Farid Assifa

Editor

"Jadi kalau 150 tahun ke depan orang Baduy tidak menanam padi, dia masih makan karena cadangannya masih cukup. Pertanyaannya adalah cadangan beras kita ada segitu? Nggak ada kan. Itu yang dari dulu saya kritik. Soal tata kelola. Sebab, di desa-desa sekarang tak ada lagi lumbung. Dulu ada," beber mantan bupati Purwakarta itu.

Dedi mengatakan, tradisi lumbung di kampung terhapus saat pemerintahan Seoharto. Ia mengubah lumbung dengan pola Dolog. Kemudian dibikin Badan Usaha Milik Desa (BUMD) atau sekarang Bumdes.

"BUMD dibikin gudang-gudang dari seng, dari situlah hancurnya leuit-leuit tradisional pedesaan. Karena terjadi perubahan dari pengelolaan leuit yang tradisi kultural berbasis lingkungan ke pengelolaan leuit berbasis struktural koruptif," tandasnya.

Menurut Dedi, dulu lumbung tradisional dikelola orang-orang kultur, tokoh-tokoh terpercaya. Kemudian berubah menjadi badan dan dikelola oleh lembaga desa yang saat itu tidak terpercaya, koruptif. Akhirnya gudang pun habis.

Baduy dan pengelolaan pertanian higienis

Dedi mengatakan, mengatakan, warga Baduy mampu mengelola pertanian yang higienis, berbasis alam dan lingkungan.

 

Pengelolaan model itu otomatis memiliki dampak pengganda (multiplyer effect). Mereka bisa swasembada daging lewat peternakan sapi, domba dan ayam. Sumber pangannya dari lingkungan mereka sendiri, tidak impor.

"Itu yang dari dulu harus dipertahankan," katanya.

Baca juga: Karena Tiga Hal Ini, Wilayah Suku Baduy Masih Nol Kasus Covid-19

Memang, kata dia, orientasi ekspor komoditas warga Baduy masih jauh. Tapi mereka sudah bisa membangun kemandirian.

"Kesehatan manusianya juga terjaga. Masyarakat memiliki daya imun karena memiliki basis alam," katanya.

"Itulah saya sampaikan warga Baduy nggak punya dinas pertanian, mereka swasembada pangan. Nggak punya Bulog, mereka punya cadangan pangan cukup. Nggak punya dinas kesehatan, mereka bebas Covid. Kita mau belajar dari mana lagi?" kata Dedi.

Menuruynya, jika warga Baduy cerdas seharusnya kita belajar dari mereka. Belajar pada kearifan mereka.

"Kenapa kita bawa istilah-istilah asing yang kemudian membunuh seluruh perangkat tradisional kita yang kokoh. Sayang ingatkan itu," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, hampir setahun pandemi Covid-19, tidak ada satu pun warga Suku Baduy di pedalaman Provinsi Banten terkonfirmasi positif.

Padahal, di Kabupaten Lebak, jumlah kasus sudah mencapai 1.179 yang tersebar di 28 kecamatan hingga Kamis (21/1/2021).

Tetua Adat Masyarakat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija, kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (22/1/2021), mengatakan, nol kasus di Baduy merupakan hasil dari segala upaya yang sudah dilakukan oleh pihaknya untuk mencegah Covid-19 masuk ke dalam wilayahnya. Mulai dari isolasi kampung, disiplin mengenakan masker hingga menggunakan mantra dan doa.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com