Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Terhindar dari Risiko, Penerima Vaksin Harus Jujur soal Kesehatannya

Kompas.com - 28/01/2021, 07:36 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan penerima vaksin untuk jujur tentang kesehatannya.

Kejujuran itu demi mengurangi penerima dari risiko yang lebih besar usai vaksinasi sebagaimana kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI).

Sebagai informasi, vaksin Sinovac tiba di Kulon Progo dalam jumlah 5.480 dosis.

Baca juga: Bupati Sleman Dipastikan Tak Akan Terima Dosis Kedua Vaksin Covid-19

Sebanyak 2.740 tenaga kesehatan dan 10 tokoh akan menjadi penerima pertama pemberian vaksin Covid-19 yang dimulai pada Jumat (29/1/2021).

Mereka akan melalui skrining untuk mengetahui riwayat penyakit calon penerima vaksin karena ada beberapa penyakit yang penderitanya tidak boleh menerima vaksin di tahap awal ini.

“Saat skrining tolong jujur. (Penerima vaksin) punya riwayat apa, pernah sakit apa, itu jujur. Ini salah satu cara untuk mengurangi KIPI. Bisa jadi saking inginnya divaksin padahal punya sakit (misal) jantung atau kontra indikasi lain. Kejujuran ini sangat penting,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulon Progo, TH Baning Rahayujati di kantornya, Rabu (27/1/2021).

KIPI merupakan kemunculan reaksi tubuh yang tidak diinginkan pasca vaksinasi. Efek samping itu bisa ringan hingga serius.

Umumnya muncul gejala ringan, seperti nyeri di sekitar bekas suntik hingga demam ringan.

Baca juga: Disuntik Vaksin Covid-19 Tanpa Gulung Lengan, Bupati Sragen Modifikasi Busana Muslim, Ini Kisahnya

Pada kasus tertentu, gejala serius dan berat bisa saja muncul, walau kasus seperti ini sangat jarang terjadi.

Baning mengungkapkan, uji klinis Sinovac menunjukkan kurang dari satu persen mengalami gejala serius dan berat ini.

Karenanya, perlu skrining kesehatan penerima vaksin sebagai seleksi. Risiko KIPI yang berat ini diturunkan saat skrining.

“Contoh (KIPI), bisa saja gejala seriusnya sampai syok atau pingsan,” kata Baning.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com