Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pameran Gelap, Mengintip Sketsa Dalam Kotak Hitam

Kompas.com - 27/01/2021, 09:44 WIB
Farida Farhan,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Bang Jak menyilakan kami menyeruput kopi buatannya, Sanggabuanq, khasnya Karawang, Jawa Barat.

Sementara Bang Jak memegang kotak hitam dengan dengan dua lubang pengintai.

Kami duduk berhadapan pada bangku dan meja cokelat di kedai bernama Das Kopi.

Lokasi kami di Jalan Veteran, persis samping Makodim 0604 Karawang.

Sesekali gemercik Sungai Citarum terdengar mengiringi pembicaraan kami soal Pameran Gelap.

Baca juga: Akhyar Nasution: Saya Akan Pecahkan Rekor, Jadi Wali Kota Tak Sampai Seminggu

Jak Harris Bonandar menyebut, kotak hitam itu akan dipasang pada tembok pameran.

Terdapat dua lubang di kotak dengan jarak yang berdekatan.

Lubang itu tersambung dengan tabung pendek. Melalui tabung itu, pengunjung bisa mengintip karya Jak.

Kotak itu jumlahnya 30, masing-masing memuat satu sketsa.

Pameran Gelap, menurut Jak, adalah eksperimen penyatuan seni sketsa dan seni instalasi.

Eksperimen ini bisa jadi gagal. Ia menyebut bahwa ini yang pertama di Indonesia.

Medium sketsa dipilih pria berambut sebahu itu karena menurut dia, sketsa adalah seni murni.

Sketsa adalah garis murni, tanpa arsiran, dan warna seperti menggambar atau lukis.

"Saya ambil sketsa karena ingin menampilkan kejujuran dalam berkarya. Secara teknik, satu garis dalam sketsa harus sudah punya arti. Tanpa tambahan apa-apa agar terlihat indah apa adanya," ujar Jak sambil menyesap sebatang rokok.

Baca juga: Karawang 6 Minggu Zona Merah, Bupati Cellica Evaluasi Penanganan Covid-19

Seniman yang dikenal serba bisa itu mengungkapkan, di area Das Kopi berukuran 5 x 7,5 meter, buah karyanya bakal dipertunjukkan mulai 30 dan 31 Januari 2021, dari pukul 10.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB.

Setelah menukar tiket, pengunjung bakal disuguhi kegelapan total.

Kru Das Kopi menutup area dengan kain dan cat hitam.

 

Semuanya serba hitam. Hanya ada sinar kecil di dalam kotak hitam seukuran kertas A3 dengan lebar 40 sentimeter.

Sinar kecil ini seolah menggambarlan optimisme seniman yang berjalan dalam gelap.

Seperti halnya Jak, meski tak mudah lagi, ia memilih berjalan di dalam gelap sambil menyalakan setitik cahaya.

Pengunjung tidak akan mendapat gambaran utuh sketsa Jak.

Pada saat melihat obyek sketsa dengan satu mata, kanan atau kiri, kita akan melihat separuh sketsa.

Namun saat menggunakan kedua mata, obyek akan terlihat. Hanya saja ada garis buta di tengah, yang berfungsi sebagai garis pemisah.

"Nah garis ini adalah pemisah kita dari obyek. Artinya, satu obyek kalau dilihat pakai satu mata hasilnya tidak terlihat sempurna. Kita harus memandang segala sesuatu pakai dua mata, berdampingan kanan dan kiri, agar apa yang kita lihat hasilnya sempurna, meski tetap ada garis buta," kata Jak.

Baca juga: Provinsi Jabar Kembali Berlakukan PSBB Proporsional

Ketidaksempurnaan pandangan mata itu dikuatkan dengan tema urban yang diusung pada pameran ini.

Jak sengaja memilih tema urban, bukan pemandangan.

Sebab, menurut dia, sketsa pemandangan seperti gunung hanya memuat satu emosi, yaitu keindahan.

Sedangkan urban memuat banyak emosi dalam satu sketsa.

"Kalau urban kan kompleks, tiap lingkungan beda. Di sana ada masalah sosial, masalah keseharian, semua jadi satu," ungkapnya.

Jak membuat sketsa urban secara langsung, sesuai yang dilihat dari sudut pandang orang pertama di pinggir jalan, bukan di dalam gedung.

Menurut dia, kita tidak pernah sempurna melihat persoalan urban. Selalu ada kegelapan.

Bahkan dari sudut yang paling jujur, tetap terasa ada yang kurang.

Sambil menyeruput kopi terakhir dari gelasnya, Jak menjelaskan mengapa "gelap" yang ia usung.

 

Jak mengatakan, sebelum terang ada gelap. Tetapi gelap harus ada terang, layaknya hubungan timbal balik.

"Kurang lebih pameran ini memuat perjalanan kesenian saya dari tahun 2017 melalui sketsa urban. Seolah-olah saya berjalan di tengah kegelapan, mencari setitik cahaya di ujung perjalanan," kata Jak.

Bang Jak berujar, Pameran Gelap memamerkan 30 sketsa yang ia dibuat sejak 2017 lalu.

Sketsa itu merekam perjalanan Bang Jak di empat lokasi berbeda: Karawang, Bandung, Bekasi, dan Kalimantan.

Karena masih di situasi pandemi, sebelum masuk, para pengunjung diminta mencuci tangan, dicek suhu tubuh dan tentu saja wajib mengenakan masker.

Pintu masuk dan keluar pengunjung pun dipisah.

Di area pameran, cuma tiga pengunjung yang boleh masuk. Masing-masing diberi waktu maksimal 5 menit di area pameran.

Tiket pameran dijual Rp 15.000 dan bisa dibeli di Das Kopi (Jalan Veteran, Samping Makodim 0604/Karawang), Kertas Koffie (Jalan Raya Proklamasi, Karyasari, Rengasdengklok), Cafe Azka (Kutawaluya), atau daring di tautan https://www.loket.com/event/pameran-gelap-edg4.

"Kenapa kami tiket, tujuannya supaya menjaga supaya orang tidak terlalu banyak masuk," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com