Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter JF Punya Riwayat Jantung tapi Tetap Divaksin, Ini Penjelasan Satgas Covid-19

Kompas.com - 26/01/2021, 17:26 WIB
Aji YK Putra,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Polda Sumatera Selatan telah melakukan gelar perkara terkait kasus meninggalnya dokter berinisial JF (49) yang ditemukan dalam mobil di depan minimarket di Kecamatan Ilir Barat 1, Palembang pada Jumat (22/1/2021).

Dari hasil penyelidikan, JF dipastikan meninggal akibat serangan jantung yang dideritanya sejak tiga bulan terakhir dan bukan akibat vaksin Covid-19.

Hal itu dikuatkan dengan adanya temuan obat jantung satu tablet yang berisi 10 butir di dalam mobil.

JF pun diketahui sebelum meninggal sempat mengikuti proses vaksinasi di Puskesmas 1 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Palembang sehari sebelum ditemukan meninggal.

Baca juga: Kasus Dokter Meninggal Usai Divaksin, Polisi: Diduga Kuat Serangan Jantung, Bukan akibat Vaksin

Punya sakit jantung tapi lolos vaksinasi?

Juru Bicara Satgas Covid-19 kota Palembang Yudhi Setiawan mengatakan, sebelum penyuntikan vaksin, mereka lebih dulu melakukan skrining.

Dalam proses tersebut, penerima vaksin akan dicek suhu tubuh dan tekanan darah.

Selain itu, petugas juga akan memberikan 13 list pertanyaan tentang kondisi kesehatan sebelum divaksin yang harus dijawab oleh penerima.

Pertanyaan 1-4 berisi tentang kondisi kesehatan selama tujuh hari terakhir seperti apakah pernah mengalami demam, gejala ISPA, diare, anggota keluarga ada yang kontak erat dengan pasien Covid-19.

Jika terdapat jawaban "ya" dari empat pertanyaan itu, maka proses vaksinasi ditunda. 

Baca juga: Polisi dan KIPI Tegaskan Dokter JF Meninggal Bukan karena Divaksin Covid-19

Sakit jantung tidak boleh ikut vaksinasi

Kemudian, pertanyaan 5-13 berisi tentang riwayat sakit berat, seperti penyakit jantung, hipertensi, penyakit paru, ginjal, liver, kanker gangguan imunologi dan sedang mengkonsumsi obat, alergi serta sedang dalam hamil atau menyusui.

Jika ada salah satu pernyataan "ya" maka vaksinasi tidak dilakukan.

"Jika ada penyakit berisiko pasien tidak boleh divaksin, sesuai 13 daftar pertanyaan saat skrining,"kata Yudhi, melalui telepon, Selasa (26/1/2021).

Baca juga: Dokter Ditemukan Tewas Sehari Setelah Disuntik Divaksin, Satgas Covid-19 Palembang: Dipastikan Bukan karena Divaksin, tapi...

 

Diduga Dokter JF tak sampaikan kondisi sebenarnya

Yudhi menduga, saat vaksinasi berlangsung ada kemungkinan jika dokter JF tidak menyampaikan kondisi yang sebenarnya.

"Ada sejumlah kemungkinan, korban tidak tahu bahwa dirinya mengalami penyakit jantung atau memang tidak menyampaikan kondisi sebenarnya," ujarnya.

Meski demikian, Yudhi menegaskan kasus meninggalnya JF pun tak bisa dikaitkan akibat vaksin.

Sebab proses vaksinasi telah berlangsung lebih dari 24 jam. Sementara, reaksi anafilatik akan berlangsung sekitar 1 sampai 2 jam pasca disuntik vaksin.

"Sudah dipastikan bukan karena vaksin. Tapi, kami juga imbau untuk penerima vaksin menyampaikan kondisi yang sebenarnya, karena ini untuk keselamatan penerima vaksin itu sendiri,” imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com