Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Anggota DPRD NTB Bantah Cabuli Anaknya, Mengaku Menyentuh karena Rindu

Kompas.com - 21/01/2021, 20:38 WIB
Fitri Rachmawati,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Mantan anggota DPRD NTB, yang juga kader Partai Amanat Nasional (PAN NTB), berinisial AA (65), yang dilaporkan cabuli anak kandungnya WM (17), ditahan aparat Polres Kota Mataram, Rabu (20/1/2021) malam.

Kepada wartawan saat kasusnya digelar, Kamis (21/1/2021), AA yang telah mengenakan baju tahanan dan penutup wajah berrwarna hitam, membantah telah mencabuli putri kandung buah hatinya dari istri kedua yang telah diceraikan.

Tersangka berdalih hanya melepas kangen dan rasa rindunya pada putrinya.

"Saya tidak melakukan, karena anak kandung saya ini kan sudah lama tidak ketemu saya, dan ibunya sudah lama bercerai dengan saya," klaim AA.

Tersangka juga mengatakan bahwa sentuhan pada anaknya karena rasa kagen dan rindu.

Baca juga: Anak Kandung Minta Uang Les Rp 1 Juta, Mantan Anggota DPRD NTB Ini Malah Melecehkannya

Dia melanjutkan telah memenuhi kebutuhan dan permintaan anaknya yang tengah menjalani pendidikan di SMA dan mengikuti les persiapan masuk perguruan tinggi.

"Ini anak saya kan mau kuliah, jadi dia minta HP, saya kasi uang untuk dia beli sendiri, beli buku tulis dan sebagainya itu," kata dia.

Terkait hasil visum yang menyebutkan ada luka robek di bagian alat vital korban akibat kekerasan atau paksaan, AA membantahnya.

"Tidak, masak anak sendiri, anak kandung saya itu," sebut dia sebelum digiring ke ruang tahanan Polresta Mataram.

Meskipun tersangka tak mengakui berpuatannya, berdalih hanya kagen pada putrinya yang masih duduk di bangku SMA, tidak tinggal diam.

Pemeriksaan langsung dilakukan termasuk penetapan tersangka dan penahanan, sehari setelah korban melaporkan sendiri perbuatan ayah kandungnya.

"Jadi, tersangka ini masih membantah telah melakukan perbuatannya, tetapi kami telah memeriksa saksi korban, dan melakukan visum terhadapnya, serta mengamankan sejumlah barang bukti," kata Kapolresta Mataram, Kombes Pol Heri Wahyudi, dalam keterangan persnya pada wartawan.

 

Barang bukti yang diamankan berupa selembar surat hasil visum Rumah Sakit Bayangkara Polda NTB, pakaian, handuk serta celana dalam warna abu milik korban.

Aparat juga telah meminta keterangan sejumlah saksi yang mengarah pada perbuatan menyimpang yang dilakukan tersangka.

"Korban melapor sehari setelah mendapat perlakuan cabul ayahnya, dan kami langsung memprosesnya," kata Heri.

Atas perbuatannya, tersangka dijerat Pasal 82 Ayat 2 juncto Pasal 76E Undang-Undang Nomor 35/2014 tentang perubah atas Undang-Undang Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak, juncto Undang-Undang RI Nomor 17/2016 tentang penetapan Perpu Nomor 1/2002 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang.

Baca juga: Saat Istri Terkena Covid-19, Eks Anggota DPRD NTB Ini Lecehkan Anak Kandung

"Ancaman hukuman yang dikenakan pada tersangka paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun ditambah sepertiga dari ancaman hukuman dari pidana pokoknya, karena pelaku adalah ayah kandung korban," ujar Heri.

Sebelumnya, korban melaporkan tindakan tak patut ayah kandungnya, sehari setelah  mengalami pelecehan saat rumah dalam keadaan sepi.

Ibunya tengah berjuang melawan virus Covid-19 di ruang isolasi Rumah Sakit Bayangkara Polda NTB.

WM dipaksa mengikuti kemauan ayahnya setelah diberikan sejumlah uang untuk membayar kebutuhan pendidikannya, seperti biaya les untuk persiapan masuk perguruan tinggi tahun depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com