KOMPAS.com- Seorang pengungsi gempa Majene bernama Nurbiah (53) mengembuskan napas terakhirnya di tenda pengungsian.
Peristiwa itu terjadi di lokasi pengungsian Desa Totolisi Sendana, Kecamatan Sendana, Majene, Sulawesi Barat, Selasa (19/1/2021) subuh.
Baca juga: Pengungsi Gempa di Majene Meninggal karena Kedinginan
Bantuan hanya berupa obat-obatan tanpa ada tenaga medis.
Saat mengetahui ada pengungsi yang tak sehat, Suardi pun berinisiatif mengirimkan surat permohonan.
Baru setelah itu ada petugas dari puskesmas yang mendatangi desanya.
Salah satu pengungsi yang sakit saat berada di tenda adalah Nurbiah.
Kepada Suardi, ibu lima anak itu sempat mengeluhkan kedinginan.
Nurbiah juga mengalami batuk.
"Saya sempat berkunjung ke tendanya bilang apa keluhannya, Bu. Dia bilang batuk-batuk kayak demam begitu," tutur Suardi kepada Kompas.com, Rabu (20/1/2021).
Namun, sayang, Nurbiah tak bisa bertahan. Ia mengembuskan napas terakhirnya di tenda pengungsian, Selasa (19/1/2021).
Padahal ada sekitar 530 KK yang mengungsi di wilayahnya.
"Saya terima kemarin hanya satu kuintal beras dan mi. Tapi itu pun sudah habis. Jadi saya mohon semoga ada lagi bantuan," kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, gempa berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang Kabupaten Majene, Sulawesi Barat dan sekitarnya pada Jumat (15/1/2021) dini hari.
Hingga kini, tercatat 90 orang tewas dalam bencana tersebut. Sedangkan ratusan rumah dan gedung perkantoran roboh.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Makassar, Himawan | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.