Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Dedi Mulyadi Dua Kali Marah-marah ke Keluarga Pengemis

Kompas.com - 19/01/2021, 15:07 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi memarahi keluarga pengemis di Purwakarta karena tega memanfaatkan ayah mereka yang mengalami cacat sejak lahir untuk dibawa mengemis.

Dedi marah karena sebelumnya mereka sudah dibantu baik dengan uang maupun pekerjaan kepada anggota keluarga mereka yang masih mudah, namun mereka masih mengemis.

Selain itu, kemarahan Dedi juga setelah melihat anaknya yang masih duduk di bangku SMK sering bangun pukul 08.00 WIB. Padahal dia masih muda dan seharusnya bisa membantu orangtua.

Kemarahan Dedi kepada keluarga pengemis itu diunggah ke YouTube kanal Kang Dedi Mulyadi dan viral. Pada video pertama, Dedi yang sedang naik sepeda bertemu dengan seorang bapak yang duduk di kursi roda dan didorong oleh seorang perempuan. Bapak itu memegang sebuah ember plastik bekas cat dengan ditempeli tulisan "Bantuan untuk pengobatan stroke".

Ketika bertemu dengan mereka, Dedi pun marah. Sebab, sebelumnya mereka sudah diberi bantuan mulai uang, beras dan kebutuhan lainnya. Bahkan, Dedi mengaku anak perempuan yang mendorong pria itu ditawari pekerjaan dengan gaji Rp 2 juta per bulan.

Baca juga: Kebun dan Tambang Ilegal 17 Juta Hektar, Dedi Mulyadi: Negara Rugi Dua Kali

Namun mereka kembali mengemis dengan modus mencari bantuan untuk pengobatan stroke.

Dedi mengatakan, bapak yang duduk di kursi roda itu dulu pernah ditanganinya. Dedi pernah mengunjungi rumah mereka pada September 2020 lalu. Menurutnya, bapak itu bukan mengidap stroke, melainkan mengalami kekurangan fisik bawaan sejak lahir.

"Bapak ini saya dulu pernah tangani. Disuruh kerja tak mau. Anaknya ditawari kerja dengan gaji setiap blan, tidak datang. Tapi masih minta-minta," kata Dedi.

"Saya udah ke rumahnya, bukan stroke, dia sehat. Cuma mengalami kekurangan fisik bawaan sejak lahir," lanjut Dedi.

Dedi curiga bahwa mereka itu menjadikan mengemis sebagai profesi. Perempuan yang mendorong bapak itu adalah menantunya. Ia memanfaatkan kekurangan fisik bapak itu demi meminta belas kasihan orang-orang.

"Sudahlah angkut saja Pak Satpol PP. Karena ini sudah menjadi profesi," ucap Dedi.

Akhirnya kedua orang itu diangkut Satpol PP Purwakarta untuk dibina.

Marahi dua kali

Dikonfirmasi via telepon, Selasa (19/1/2021), Dedi Mulyadi membenarkan ia memarahi pengemis itu karena menjadikan mengemis sebagai profesi. Dedi mengaku marah karena fasilitas yang ia tawarkan tidak diikuti, dan mereka lebih memilih mengemis.

"Dulu ingin dagang bubur saya bantu, tapi tidak dilakukan. Kerja juga tak mau. senangnya dorong-dorong bapaknya, dan itu bukan stroke melainkan cacat bawaan," kata Dedi.

Selain itu, kata Dedi, di rumah mereka juga memiliki fasilitas yang lumayan. Seperti lemari es, televisi dan anak-anaknya juga jajan seperti biasanya.

Dedi mengatakan, setelah memarahi dan meminta Satpol PP mengangkut mereka, ia kemudian menengok keluarga pengemis itu pada Senin (18/1/2021).

Rumah mereka berada di Kelurahan Nagari Tengah, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta.

Di rumah tersebut, Dedi kembali memarahi anak pengemis itu. Ia marah karena melihat anak laki-laki yang masih muda itu sama sekali tidak membantu orangtua. Pekerjaannya adalah nongkrong dan biasa bangun pukul 08.00 WIB.

"Padahal dia masih muda dan fisknya kuat. Seharusnya dia membantu orangtuanya.

Setelah memarahi, Dedi akhirnya kembali menawarkan solusi kepada mereka. Anaknya laki-laki yang paling besar bekerja sebagai tenaga kebersihan dengan gaji bulanan. Sementara menantu perempuannya juga jadi tenaga kebersihan. Lalu anaknya laki-laki yang masih sekolah di STM disuruh beternak ayam sambil menjaga ayahnya. Modalnya dibantu.

Baca juga: Raffi Ahmad Curhat ke Dedi Mulyadi: Berita Itu Digoreng Orang yang Mau Jatuhin, Apes Banget

Selain itu, kebutuhan pangan mereka Dedi penuhi untuk satu bulan selama mereka belum memperoleh pendapatan. 

"Akhirnya mereka mau menerima solusi itu setelah saya marahin," kata Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com