Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian Pengungsi Erupsi Gunung Merapi di Sleman Sudah Pulang

Kompas.com - 18/01/2021, 20:50 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com-Jumlah pengungsi Gunung Merapi di barak pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai berkurang.

Pasalnya, sebagian pengungsi memutuskan untuk kembali ke rumahnya.

"Kita ini pemerintah desa, terkait dengan Merapi ini oke tidak ada masalah jika dari BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi) seperti itu. Namun alurnya kami dari pemerintah desa menunggu keputusan dari Pemda," ujar Lurah Glagaharjo, Suroto, Senin (18/01/2021).

Baca juga: Takut Kena Covid-19, Warga Desa di Klaten Belum Mengungsi Meski Aktivitas Merapi Meningkat

Suroto menyampaikan, sampai saat ini belum ada surat resmi dari pemerintah terkait pengungsi diperbolehkan pulang.

Namun pihaknya sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Sleman terkait dengan rekomendasi potensi ancaman bahaya yang diperbarui oleh BPPTKG.

"Besok hari Selasa akan dirapatkan dulu di kabupaten. Nanti keputusannya seperti apa, saya belum tahu," ungkapnya.

Menurutnya, para pengungsi memang sudah mendengar informasi yang disampaikan BPPTKG terkait potensi ancaman bahaya yang bergeser ke selatan-barat daya.

Sejak Minggu (17/01/2021), jumlah pengungsi di Barak Pengungsian Glagaharjo sudah mulai berkurang banyak.

Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas Guguran Sejauh 1.000 Meter

Para pengungsi ini memutuskan pulang dengan inisiatif sendiri.

"Tadi malam sudah pengurangan banyak, dari sekitar 300, tinggal 187 pengungsi," tegasnya.

Suroto menuturkan, terus memantau jumlah pengungsi, termasuk melihat data pengungsi yang sudah memutuskan sendiri untuk kembali ke rumahnya.

Sebab belum ada instruksi dari Pemerintah Kabupaten Sleman untuk memulangkan pengungsi.

Jika yang sudah pulang masuk dalam kategori kelompok rentan, maka akan diminta tetap di pengungsian.

"Kalau misalkan kelompok rentan ya tetap kita sebelum ada instruksi dari pemerintah ya tetap bertahan di pengungsian. Saya tidak ingin ada risiko di kemudian hari dan keselamatan warga itu yang utama," tegasnya.

Suroto tidak ingin kejadian pada saat erupsi 2006 silam kembali terulang.

Saat itu, warga pulang ke rumah dan selang dua hari Gunung Merapi mengalami erupsi.

"Jadi saya juga masih trauma itu (kejadian 2006), dulu waktu itu pulang dua hari habis itu langsung meletus. Saya tidak ingin seperti itu, intinya keselamatan warga yang utama," katanya.

Baca juga: BPBD DIY Tak Mau Terburu-buru Pulangkan Pengungsi Gunung Merapi

Oleh karenanya pihaknya memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal ini pengungsi.

Sebelum ada instruksi dari Pemerintah Kabupaten, agar tetap bertahan di pengungsian dan jangan kembali ke rumah.

"Warga masyarakat disini ini kan diminta dari pemerintah jadi kalau pemerintah belum memulangkan jangan pulang dulu. Terkait aktivitas Merapi, kita jelaskan ke masyarakat secara visual arahnya ke Barat, tapi ini enggak jaminan aman untuk warga masyarakat," sebutnya.

Sebelumnya, BPPTKG memperbarui potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi.

BPPTKG menyebut, saat ini potensi bahaya erupsi Merapi cenderung ke sebelah selatan-barat daya.

Baca juga: Dalam 6 Jam, Gunung Merapi Keluarkan 36 kali Guguran Lava Pijar

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, awan panas, pada sektor Sungai Kuning, Sungai Boyong, Sungai Bedok, Sungai Krasak, Sungai Bebeng dan Sungai Putih sejauh maksimal 5 kilometer.

Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com