Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Banjir 2 Pekan di Jombang dan Protes Warga ke Bupati...

Kompas.com - 18/01/2021, 07:16 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Selama dua pekan pada awal 2021, Dusun Beluk, sebuah perkampungan yang dihuni sekitar 900 jiwa penduduk, di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dilanda banjir.

Banjir mulai menyapa perkampungan selepas malam pergantian tahun 2020 ke tahun 2021, diawali dengan munculnya genangan air di jalan raya.

Hari-hari awal, banjir hanya menggenangi sebagian wilayah dusun, baik jalan dan pekarangan, maupun puluhan rumah warga.

Namun, memasuki pekan kedua, banjir yang sempat surut sehari di dusun tersebut semakin luas dan dalam, hingga memasuki sebagian besar rumah warga.

Dusun Beluk, secara administratif berada di wilayah Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

Baca juga: Derita Korban Banjir di Jombang, dari Gatal hingga Tanaman Padi Rusak

Wilayah itu berada di sisi timur Kabupaten Jombang, yang berbatasan dengan Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.

Kepala Dusun Beluk Sustiyo Budiyanto mengungkapkan, banjir pada awal 2021 menjadi peristiwa banjir paling parah dari sekian kali banjir yang melanda setiap tahunnya.

Sejak beberapa tahun lalu, ungkap Budiyanto, kampung tempat tinggalnya cukup akrab dengan banjir yang berasal dari luapan Sungai Afvour Watudakon dan Afvour Jombok.

Namun, ujar dia, pada masa-masa sebelumnya, banjir yang hampir tiap tahun melanda Dusun Beluk, hanya berlangsung dalam hitungan hari.

Sementara pada awal tahun ini, banjir terjadi selama 2 pekan. Banjir melanda setelah malam pergantian tahun dan surut pada 15 Januari 2021.

"Saat tahun baru kami sibuk sendiri karena dapat kiriman banjir. Banjir sekarang sangat parah dibandingkan dengan yang kemarin-kemarin. Hari ini banjir baru surut," kata Budiyanto, kepada Kompas.com, Jumat (15/1/2021).

Pantauan Kompas.com, pada Jumat pagi, hampir seluruh bagian wilayah dusun terbebas dari genangan banjir, baik di jalan, pekarangan maupun rumah warga.

 

Tumpukan sampah

Menurut Budiyanto, banjir mulai berangsur surut setelah dilakukan pengambilan sampah yang tersangkut di trash rack (bangunan penyaring sampah), di depan Dam Sipon.

Selain pengambilan sampah yang menumpuk, dua bagian penyaring sampah di trash rack juga diambil pada Kamis (14/1/2021).

Dampaknya, kata Budiyanto, banjir yang menggenangi Dusun Beluk, mulai surut pada Kamis malam karena aliran air Sungai Afvour Watudakon lebih lancar menuju ke Dam Sipon.

"Dugaan kami, penyebab sehingga banjir tidak bisa surut adalah karena ada bangunan penyaring sampah. Setelah dibuka, ternyata banjir surut. Artinya kan, dugaan kami dan warga benar," ujar Budiyanto.

Petugas dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas Rizal Arifuddin menuturkan, trash rack yang dibangun di depan Dam Sipon, berfungsi sebagai penyaring sampah untuk meminimalisir volume sampah yang masuk ke Dam Sipon.

Baca juga: Desa di Jombang Sudah 13 Hari Terendam Banjir, Ini Penyebab Air Tak Kunjung Surut

Trash rack tersebut dibangun tahun lalu sebagai penyaring masuknya sampah sungai ke Dam Sipon.

Menurut Rizal, penyebab utama banjir yang melanda Dusun Beluk, yakni belum rampungnya kegiatan normalisasi dan pembangunan tanggul sungai.

Penyebab berikutnya, lanjut dia, tingginya volume sampah sungai yang menumpuk di pintu penyaring sampah, sehingga menghambat aliran air menuju ke Dam Sipon.

"Permasalahan yang kedua, banyaknya sampah. Volume sampah yang sangat besar kemudian tertangkap oleh screen di trash rack. Screen ini fungsinya melindungi bangunan (Dam) Sipon," ujar Rizal, saat ditemui di Dusun Beluk, Rabu (13/1/2021).

Dampak dan protes warga

Sujaman (61), petani asal Dusun Beluk mengungkapkan, banjir yang berlangsung selama dua pekan membuat tanaman padi miliknya rusak.

Nasib itu, ungkap dia, tidak hanya menimpa dirinya karena hampir seluruh lahan pertanian di Dusun Beluk tergenang banjir selama dua pekan.

"Kerugian yang sudah terlihat jelas, pertanian. Karena terendam terlalu lama, sudah pasti (tanaman padi) rusak. Petani rugi karena harus menanam lagi," kata Sujaman, saat ditemui Kompas.com, di Dusun Beluk, Jumat (15/1/2021).

Dia menuturkan, untuk menanam padi, modal yang diperlukan petani sekitar Rp 3 juta untuk lahan berukuran setengah hektar.

Kepala Dusun Beluk Sustiyo Budiyanto mengungkapkan, banjir selama dua pekan di kampungnya berdampak pada macetnya aktivitas ekonomi.

 

Selain itu, puluhan hektar tanaman padi yang baru ditanam beberapa minggu sebelum banjir melanda, juga mengalami kerusakan.

Dampak lainnya, kata Budiyanto, terganggunya kesehatan warga, hingga tingginya tingkat stres akibat lamanya hidup dalam kepungan banjir.

"Kami minta maaf karena ada warga yang tidak bisa mengontrol emosi sewaktu Ibu Mundjidah (Bupati Jombang) ke sini. Tapi, kami bisa memaklumi, karena warga sudah dua minggu kebanjiran. Mereka sebenarnya minta solusi," kata Budiyanto.

Bupati Jombang Mundjidah Wahab, pada Rabu (13/1/2021), mengunjungi Dusun Beluk dan memberikan bantuan sembako kepada warga yang menjadi korban banjir.

Namun, kunjungannya ke lokasi banjir kala itu, justru mendapatkan protes dari salah seorang warga, sesaat sebelum meninggalkan Dusun Beluk.

Mundjidah mendapatkan protes karena tidak secara langsung mengunjungi rumah-rumah yang terkena banjir, ataupun menyapa warga yang menjadi korban banjir.

Upaya tangani banjir

Bupati Jombang Mundjidah saat meninjau lokasi banjir di Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (13/1/2021).KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Bupati Jombang Mundjidah saat meninjau lokasi banjir di Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (13/1/2021).

Banjir selama dua pekan di Dusun Beluk pada awal tahun, menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Jombang pada 2021.

Menurut Bupati Jombang Mundjidah Wahab, berdasarkan hasil kajian dan evaluasi, ada tiga penyebab utama sehingga banjir di Dusun Beluk tak kunjung surut dan berlangsung selama dua pekan.

Penyebab banjir, yakni tingginya curah hujan akibat dampak La Nina, banyaknya sampah sungai, serta peningkatan sedimentasi di sepanjang aliran Sungai Afvour Watudakon.

Beberapa minggu terakhir, ungkap Mundjidah, intensitas hujan mengalami peningkatan hingga 3 kali lipat dibandingkan dengan kondisi hujan pada awal 2020.

Dia menyebutkan, intensitas curah hujan pada Februari 2020 berada pada kisaran 59,40 mm, sedangkan pada Januari 2021, intensitas curah hujan menyentuh angka 187,47 mm.

"Intensitas curah hujan sangat tinggi. Seperti yang sudah dijelaskan Kadis PUPR tadi, ada peningkatan hingga tiga kali lipat," kata Mundjidah, di Pendopo Kabupaten Jombang, Sabtu (16/1/2021).

Baca juga: Hampir 2 Minggu Banjir Tak Kunjung Surut, Warga Kecewa dengan Kinerja Bupati Jombang

Penyebab lain dari banjir, yakni kondisi topografi Dusun Beluk, yang lebih rendah dari muka air Sungai Afvour Watudakon.

Terkait banjir yang melanda Dusun Beluk, dia bersama anak buahnya telah melakukan evaluasi dan kajian, serta merumuskan sejumlah rencana untuk menanggulangi banjir tahunan di wilayah itu.

Upaya menanggulangi banjir, kata Mundjidah, antara lain pembersihan sampah secara rutin di trash rack Afvour Watudakon agar tidak menghambat aliran air menuju Dam Sipon.

Pembersihan sungai dari sampah juga dilakukan di sepanjang aliran sungai agar nantinya tidak menumpuk di bagian hilir Sungai Afvour Watudakon yang bermuara di Dam Sipon.

 

Mundjidah mengatakan, untuk mencegah penumpukan sampah di bagian hilir, akan dibangun trash rack dan trash boom di anak Sungai Afvaour Watudakon.

"Persoalan sampah sungai harus kita selesaikan. Sosialisasi dan edukasi terus kami lakukan agar masyarakat tidak membuang sampah di sepanjang aliran sungai, karena itu bisa menyumbang terjadinya banjir di daerah hilir," ujar Mundjidah.

Untuk menanggulangi banjir di Dusun Beluk, akan dibangun bozem, embung dan kolam retensi di daerah cekungan, antara lain di Desa Jombok, Pojokrejo, Carangrejo, Kendalsari dan Blimbing, Kecamatan Kesamben.

"Kemudian langkah berikutnya, pengangkatan sedimentasi sungai. Ini kami lakukan bersama dengan Pemerintah Provinsi dan Pusat," kata Mundjidah.

Dalam jangka panjang, lanjut dia, untuk penanggulangan banjir di Dusun Beluk maupun di daerah hilir Sungai Afvour Watudakon, akan dibuat sudetan di Desa Pojokrejo, Kabupaten Jombang, serta sudetan di Desa Tempuran, Kabupaten Mojokerto.

"Kemudian untuk penanganan jangka panjang, kami akan melakukan reboisasi di daerah hulu," ujar Mundjidah.

Sebelumnya diberitakan, banjir melanda Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

Banjir di perkampungan yang dihuni 240 Kepala Keluarga (KK) tersebut terjadi selepas malam pergantian tahun dan baru surut pada Jumat (15/1/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com