Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 5 Anak Jalanan yang Bertemu Risma, Dilatih Menjadi Barista dan Perajin Sepatu Kulit

Kompas.com - 15/01/2021, 17:03 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Khairina

Tim Redaksi

Ia bermimpi, sepulang dari balai dapat membuka kedai kopi di kampung halamannya.

Hal senada diutarakan PS (25) alias Jreng. Selepas putus sekolah saat kelas 2 SMP, ia terjun menjadi pengamen jalanan.

"Saya ngamen buat kehidupan sehari-hari, bantu keluarga, supaya tidak membebani orang tua. Sebenarnya tidak ingin jadi pengamen," ujar penabuh ketipung ini.

Mabuk-mabukan, tidur di emperan toko ia lakoni hampir selama lima tahun.

"Kadang mikir kalau lagi mabuk sambil main gitar sama teman-teman 'ini mau jadi apa'," kata Jreng.

Jreng sempat berusaha keluar dari jalanan dengan bekerja sebagai perajin sepatu kulit. Namun nasib belum berpihak kepadanya.

Saat awal pandemi Covid-19, ia harus kehilangan pekerjaan karena ada pengurangan karyawan. Dan ia pun terpaksa kembali ke jalanan untuk menyambung hidup.

"Waktu ketemu Bu Menteri saya berpikir ini kesempatan emas," ujar Jreng.

Jreng pun tanpa pikir panjang mengiyakan ketika ditawari mengikuti pelatihan. Jreng memilih mendalami pembuatan sepatu kulit seperti yang telah dilakoni sebelumnya.

Jreng tidak sendirian, ia juga mengajak adiknya FS (17) yang putus sekolah saat kelas 2 SMP untuk bersama-sama mengikuti pelatihan.

Sedangkan IM (19) alias Bonjol yang mengikuti pelatihan pembuatan sepatu kulit mengaku, selama tinggal di balai kehidupannya lebih tertata dibanding saat di jalanan.

"Bangun tidur kita shalat, terus bersih-bersih lingkungan. Kemudian ikut pelatihan, kalau sore bebas, biasanya kita olahraga," kata Bonjol.

Sementara itu, Plt Kepala Balai Satria Kemensos Hendra Permana mengatakan, proses rehabilitasi kelima anak jalanan itu akan dilakukan selama dua bulan atau bisa lebih sesuai kebutuhan.

"Instruksi Bu Menteri kelima anak ini dibantu sampai tuntas. Untuk itu kami rehab, dan paling penting ketika kembali mereka jadi berdaya," kata Hendra.

Rencananya, selepas dari balai mereka akan terus didampingi untuk mendirikan usaha hingga dapat mandiri.

"Yang dua diarahkan jadi barista, bikin kedai kecil-kecilan, nanti kita liat kondisi di sana. Yang pelatihan sepatu akan kami dorong, kita latih untuk penjualan online," jelas Hendra.

Menurut Hendra, selama di balai, mereka tidak hanya dibekali ketrampilan, tapi juga diberikan terapi mental spiritual.

"Kita latih bagaimana terapi mental spiritual, psiko sosial. Ketika kembali mereka bisa adaptif, menjalani kehidupan sesuai norma di masyarakat dan paling penting bisa berdaya," ujar Hendra.

Untuk dua anak yang masih berusia belasan tahun, kata Hendra, rencananya akan diarahkan untuk kembali ke sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com