Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Diserang Hama dan Kalah dengan Impor, Alasan Petani Enggan Tanam Kedelai

Kompas.com - 14/01/2021, 12:17 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Selain itu, saat memasuki masa panen juga berpotensi diserang hama bubuk.

"Memang membutuhkan perhatian yang ekstra untuk menanam kedelai, padahal sebenarnya kedelai itu cocok untuk lahan kering seperti di Gunungkidul. Selain umurnya hanya 75 hari, juga tahan di lahan kering," ucap Raharjo.

Tidak hanya itu, saat panen harga kedelai lokal kalah dengan kedelai impor yang lebih murah.

Untuk itu DPP Gunungkidul sedang mengupayakan agar kedelai bisa diminati dengan mencari bantuan ke pusat agar mendapatkan bibit hingga obat-obatan.

Baca juga: Cek Gudang Importir Kedelai, Satgas Pangan Belum Temukan Pelanggaran

Selain itu, ke depan akan diupayakan dibangun rumah tempe, sehingga mendekatkan petani terhadap produksi.

"Dulu kita gudang kedelai, sekarang banyak sumber air yang diangkat sehingga petani memilih komoditi yang arganya bagus seperti kacang tanah. Kacang tanah itu pemeliharaan biaya murah, hanya pengairan 6 kali sudah bisa panen," kata Raharjo.

"Kedelai itu biaya produksi dan hasilnya selesihnya kecil, coba kalau harga kedelai seperti sekarang terus petani pasti terus menanam kedelai," ucap dia.

Sumari perwakilan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Amulat Kalurahan Bleberan mengatakan, panen 1hektar merupakan kebun percontohan P4S Amulat.

Hasil ubinan dari Kedele Dega-1 menunjukkan hasil 2,8 ton berat polong atau jika dikonversi menjadi 1,55 ton wose.

Baca juga: Polri Bakal Tindak Importir yang Diduga Timbun dan Mainkan Harga Kedelai

Hasil ini memang belum optimal dikarenakan ditanam secara tumpangsari dengan jagung dan ubi kayu.

Meski demikian secara pendapatan akan lebih tinggi karena masih mendapat hasil dari jagung dan ubi kayu.

Apalagi saat ini kedelai konsumsi mencapai harga Rp 10.000 per kilogram

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com