Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang Melayat Ayah Meninggal, Pasutri Ini Jadi Korban Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air

Kompas.com - 11/01/2021, 17:30 WIB
Muhlis Al Alawi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PONOROGO, KOMPAS.com – Usai mudik pulang kampung halamannya di Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, pasangan suami istri ini menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Pasutri itu adalah Muhammad Nur Kholifatul Amin (46) dan Agus Winarni (44).

Keduanya masuk dalam daftar penumpang pesawat yang dinyatakan jatuh di perairan laut Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).

Adik Nur Kholif, Abdul Hanif Majid Amrullah, yang dihubungi pada Senin (11/1/2021) mengatakan, kedua korban mudik ke kampung halamannya untuk melayat ayahanda yang meninggal pada Kamis (24/12/2020).

Baca juga: Pria Ini Menangis Histeris, Istri dan 3 Anaknya Penumpang Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

Sebelum mudik, keduanya tinggal di Mempawah, Kalimantan Barat.

“Kakak saya sudah merantau 28 tahun di Kalimantan Barat. Usai mendapatkan kabar ayah meninggal, kakak saya memutuskan pulang kampung bersama istrinya,” kata Hanif.

Korban bersama istrinya tiba di Bumi Reog dua hari setelah ayahandanya meninggal, Sabtu (26/12/2020).

Korban bersama istrinya tinggal di Ponorogo selama sembilan hari. Nur Kholif memilih agak lama tinggal di Ponorogo untuk menemani ibu kandungnya agar tidak kesepian.

Setelah lebih dari seminggu tinggal di Ponorogo, Nur Kholif bersama istrinya diantarkan keluarganya sampai di Madiun, Senin (4/1/2021), untuk pulang ke Kalimantan Barat.

Dari Madiun, Nur Kholif bersama istrinya naik kereta api tujuan Jakarta.

Nur Kholif bersama istrinya memilih langsung menumpang pesawat di Jakarta lantaran tidak menginginkan naik dua kali pesawat bila terbang dari Surabaya.

Sebab, bila terbang dari Bandara Juanda Surabaya, pesawat akan transit terlebih dahulu di Jakarta.

Tak hanya itu, pasutri itu memilih pulang tanggal itu lantaran masa berlaku rapid test antigennya akan segera habis.

Namun, ternyata pilihan naik pesawat berubah harus menggunakan tes swab.

Untuk itu, kakaknya harus menunggu hasil swab-nya keluar selama tiga hari dan baru berangkat pada hari Sabtu.

Ia tak mengira kakak kandungnya bakal menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air tersebut.

Sebab, selama ini kakak kandungnya tidak pernah naik pesawat Sriwijaya Air bila kembali ke Kalimantan.

Hanif dan keluarganya mendapatkan informasi kakak kandung bersama istrinya menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air selepas shalat maghrib.

Sebelumnya, ia mendapatkan kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya dari media sosial di ponselnya, Sabtu (9/1/2021) sore.

Namun, ia tidak memperhatikan lantaran almarhum tidak pernah menumpang pesawat Sriwijaya.

Harap korban segera ditemukan

Meski sudah mengikhlaskan kejadian tersebut, keluarga mengharapkan Nur Kholif bersama istri segera ditemukan.

Baca juga: Mahasiswa Ini Pernah Palsukan Surat Rapid Test untuk 24 Calon Pengawas TPS Pilkada Jember

“Mudah-mudahan kakak kami dan istrinya segera ditemukan,” kata Hanif.

Saat ini, keluarga sudah ada yang di Posko Sriwijaya Air dan rumah sakit di Jakarta. Tak hanya itu, ada juga keluarga di Bandara Soekarno-Hatta.

Di mata keluarganya, Nur Kholif merupakan sosok yang taat beribadah dan baik.

Saat berada di dalam pesawat, Nur Kholif sempat menghubungi dua anaknya yang sementara menimba ilmu di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.

“Sempat pamit kepada anaknya untuk memohon doa agar lancar sampai rumah saat di dalam pesawat,” kata Hanif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com