Setelah itu, sambung Eko, timnya bersama dengan para jurnalis kembali ke posko di Masjid An-Nur untuk mematangkan rencana evakuasi dan mendata identitas penghuni.
Namun, sambung Eko, tiba-tiba ada suara gemuruh yang keras diikuti lantai yang bergetar. Mendengar itu, semua pun langsung berlarian ke segala arah.
"Saya termasuk yang paling terlambat lari karena ke dalam masjid pintu sudah berebutan untuk masuk, menyusuri setapak masjid dan sudah penuh orang, mereka jatuh, dan saling bertindihan," ujarnya.
Baca juga: “Saya Memaafkan Ibu, tetapi Tidak Mau Mencabut Laporan, Biarlah Proses Hukum Tetap Berjalan”
Masih dikatakan Eko, melihat itu, ia pun berinisiatif memecahkan kaca jendela masjid, untuk membuat jalan baru.
"Setelah kaca jendela dipecahkan, saya loncat ke dalam masjid diikuti beberapa wartawan," ujarnya.
Setelah berhasil masuk, dalam waktu bersamaan tiba-tiba material tanah dalam jumlah besar langsung menimbun lokasi. Sontak, listrik yang tadinya menyala kemudian padam.
"Pasca-longsor susulan singkat yang hanya 10 detik sampai 20 detik ini, kami semua keluar dari masjid dan melihat kondisi sekitar yang berubah menjadi puing dengan dipenuhi tumpukan material tanah," ujarnya.
(Penulis Kontributor Sumedang, Aam Aminullah | Editor Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.