Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kapolres Sumedang, Lolos dari Longsor Susulan berkat Kokohnya Masjid, Aksinya Pecahkan Jendela Selamatkan 4 Nyawa

Kompas.com - 11/01/2021, 09:15 WIB
Aam Aminullah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Pecahkan kaca jendela, lalu lompat ke dalam masjid

Melihat hal itu, kata Eko, ia akhirnya berinisiatif memecahkan kaca jendela masjid, dengan tujuan membuat jalan baru.

"Setelah kaca jendela dipecahkan, saya loncat ke dalam masjid diikuti beberapa wartawan," tutur Eko.

Ketegangan yang dirasakan, kata Eko, tak hanya sampai di situ. Sebab, dalam waktu bersamaan, tiba-tiba material tanah dalam jumlah besar menimbun lokasi.

"Tempat yang tadi kami gunakan sebagai tempat untuk mematangkan rencana evakuasi itu tertimbun material tanah, listrik yang tadinya menyala kemudian padam. Situasi jadi gelap ditambah debu yang membuat pandangan menjadi tidak jelas," sebut Eko.

Baca juga: Fakta Bencana Longsor di Sumedang, Danramil dan Kasi BPBD Tewas Tertimbun Saat Bantu Evakuasi Warga

 

Longsor sekitar 20 detik, saat keluar semua jadi puing

Kemudian, kata Eko, ia kembali memecahkan kaca jendela masjid yang lainnya untuk memberi jalan bagi orang yang ingin keluar, takut masjid roboh.

"Pasca-longsor susulan singkat yang hanya 10 detik sampai 20 detik ini, kami semua keluar dari masjid dan melihat kondisi sekitar yang berubah menjadi puing dengan dipenuhi tumpukan material tanah," ujar Eko.

Sementara itu, saat kejadian, kata Eko, personel gabungan lainnya, terdiri dari Danramil Cimanggung, personel BPBD Sumedang, dan Kasitrantibum Satpol PP Kecamatan Cimanggung berlari menuju arah lain.

"Mereka yang tadinya berdiri di sebelah saya meninggal tergulung tanah, karena memilih lari menyusuri setapak masjid yang tiba-tiba dijatuhi material longsor dalam jumlah besar dan terjepit di antara motor-motor dan dua mobil yang saat itu terparkir dan mempersempit jalan setapak masjid tersebut. Semua tidak sempat teriak atau mengaduh, situasi hanya berubah jadi gelap dan hening tanpa teriakan apa pun," kata Eko.

Baca juga: Kisah Osneti, Sekeluarga Selamat dari Maut Sriwijaya Air SJ 182 gara-gara Tak Swab PCR

 

Sempat dengar suara azan

Pasca-kejadian, kata Eko, ia sempat mendengar suara azan.

"Saya sempat dengar ada yang azan sesaat keluar dari masjid, tidak tahu marbot atau wartawan," tutur Eko.

Eko menyebutkan, arah longsoran kedua ini berbeda dari longsoran pertama.

Jika digambarkan, kata Eko, arah longsoran pertama dengan longsor susulan ini membentuk dua titik yang berbentuk huruf L.

Saat itu, kata Eko, sesaat sebelum terjadi longsor susulan, sekitar 30 orang tengah sibuk.

Mulai dari Basarnas, Polsek, Koramil, Tagana, relawan, dan masyarakat yang sedang mencari keluarganya.

"Masjid itu tadinya mirip posko ketika saya pertama kali tiba. Kehendak Allah yang menentukan siapa yang selamat dan tidak saat itu. Ini menjadi rahasia Allah mengenai usia seseorang. Saat itu saya hanya berpikir ingin ajal di dalam masjid, sehingga jenazah saya akan ketemu jika dievakuasi," kata Eko.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com