Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pandemi Covid-19, Semua Semakin Sulit Saja, Hanya Bapak yang Buat Saya Semangat"

Kompas.com - 11/01/2021, 07:30 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Seorang dara di Nunukan Kalimantan Utara, Yusi Arlinda (19) mengalami guncangan hebat manakala ia kembali diuji dengan kondisi ayahnya yang sakit.

Ujian ini membuat psikologi Yusi yang baru pulih akibat ditinggal ibundanya meninggal pada sekitar 2016 lalu kembali goyah.

Saat ini, ia hanya sendirian dan harus rela menjadi tulang punggung keluarga, mengambil kewajiban Nasution (50), ayahnya, yang kini terbaring di tempat tidur.

‘’Waktu Ibu meninggal, saya pas lulus SMP, sekarang saya takut karena tiba-tiba Bapak sakit. Begitu saya tamat SMA, tidak ada lagi keinginan kuliah atau apapun, tidak kepikiran selain merawat dan berusaha mencari biaya pengobatan Bapak,"ujarnya dengan linangan air mata, Sabtu (9/1/2021).

Baca juga: Dua Remaja di Makassar Terkena Panah Rakitan Usai Diserang OTK

Yusi menuturkan, ayahnya didiagnosa mengalami kebocoran jantung. Kondisi ini membuat tubuhnya terkikis dan semakin kurus saja.

Sehari harinya, Nasution hanya makan bubur nasi putih, semua kebutuhan dan keperluannya disiapkan oleh Yusi.

Yusi tidak memiliki keluarga di Nunukan, gadis dengan tubuh mungil dan berkaca mata ini sekuat tenaga mencari cara survive dan terus memikirkan bagaimana memperoleh biaya untuk pengobatan ayahnya.

Sejak 5 tahun lalu ia tinggal berdua dengan ayahnya di rumah kontrakan di jalan Pasir Putih Nunukan.

‘’Bapak selama ini hanya penjual sayur keliling, Bapak sudah tidak bisa apa-apa sekarang, kalau mau ke kamar mandi pun harus dipapah, saya sekarang harus mengandalkan diri sendiri membayar uang sewa rumah, mencari uang untuk kami makan,’’lanjutnya tanpa bisa menahan isak tangis.

Pandemi Covid-19 menjadi ujian terberat


Kondisi pandemi Covid-19 sangat terasa menyiksa bagi Yusi. Mencari pekerjaan dikatakan sangat sulit sehingga untuk bertahan hidup ia mengandalkan belas kasih tetangga atau meminta tolong keluarga ibunya di Jombang untuk mengirim uang sekedarnya.

‘’Kami punya keluarga di Jombang Jawa Timur, karena Ibu berasal dari sana. Kemarin waktu meninggal karena sakit paru-paru, ibu berobat di sana dan meninggal, jadi saudara di sana yang saya mintai tolong.’’katanya.

Saat ini, tidak ada lagi sisa uang yang mereka punya, Yusi hanya bisa berdoa ada keajaiban yang membuat ayahnya bisa sembuh.

Tidak ada lagi semangat untuk kuliah atau untuk sekedar berkhayal bisa menginjakkan kakinya di kampus untuk menimba ilmu Teknologi Informasi Komputer (TIK) yang selama ini ia idam idamkan.

‘’Tidak berani memikirkan itu (kuliah), cukup bisa bekerja, mengumpulkan uang sedikit sedikit untuk kami bertahan hidup saja, tapi saat ini pandemi Covid-19, semua semakin sulit saja. Hanya bapak yang buat saya semangat, harus kuat dan membalas kehidupan yang bapak kasih.’’katanya.

Baca juga: Nurut Pesan Ibu, Agustiawan Batal Beli Tiket Pesawat Sriwijaya Air SJ-182

Yusi kian menunduk saat bercerita tentang kesehariannya mengurus ayahnya. Ia sadar, bhaktinya tidak akan cukup membalas apa yang sudah ia terima dari ayahnya.

Matanyapun sembab dan tidak mampu lagi melanjutkan ceritanya, apalagi pesan yang paling membuatnya takut adalah saat ayahnya meminta ia bisa mandiri dan bisa menjaga diri.

‘’Pesan itu sangat berarti buat saya, seakan pesan terakhir, saya takut, semoga bakti pada bapak bisa menjadi penghantar kesembuhannya,’’katanya terputus-putus karena tangisnya langsung pecah.

Dibantu komunitas ‘Kumal’ Nunukan

Keberuntungan masih berpihak pada Yusi, kegelisahan dan nasibnya terdengar oleh komunitas Kumal, sebuah komunitas yang bergerak di bidang sosial di Nunukan.

Kumal yang memiliki kepanjangan Kuat Makan Malam, memiliki puluhan anggota dari berbagi elemen, mereka memiliki tim survei dari klub sepeda (Gowes) yang digerakkan melacak kondisi masyarakat yang butuh bantuan.

Nama Kumal diambil karena mayoritas anggotanya hanya berkumpul dan berembuk untuk melakukan aksi saat malam hari di tempat tongkrongan dan warung kopi.

Baca juga: Bocah 16 Tahun Jebol Plafon Rumah Makan, Masuk Lewat Atap, dan Curi Uang Jutaan

Tidak ada jabatan ketua atau struktur organisasi dalam komunitas ini, namun mereka sangat kompak dan aktif melakukan distribusi bantuan sejak 2014. Tidak terhitung lagi berapa jumlah masyarakat miskin yang mereka bantu.

Bahkan di masa Pandemi Covid-19, komunitas ini kian massif melakukan gerakan social.

Kumal menjadwalkan 3 orang setiap jumat sebagai penerima bantuan, ada sembako, uang tunai dan kadang renovasi rumah rumah kayu.

Salah satu koordinator aksi sekaligus anggota Kumal, Ayyub mengatakan, saat komunitasnya mengunjungi keluarga Yusi di rumah kontrakan, tidak terlihat ada barang berharga di rumah sewa tersebut,

‘’Semua dijual untuk keperluan sehari hari dan sedikit membeli obat untuk meringankan sakit ayahnya. Motor untuk jalan sayur ayahnya terjual sudah, kulkas, televisi, tidak ada pokoknya barang berharga, habis terjual. Ini saja uang kontrakan nunggak beberapa bulan.’’katanya.

Kumal kemudian memberikan sembako juga santunan serta membelikan obat yang dibutuhkan Nasution.

Tidak hanya itu, Kumal memberikan pekerjaan sementara untuk Yusi, sampai ada pekerjaan dengan penghasilan lumayan nantinya.

‘’Ini salah satu kendala juga, banyak usaha mengurangi karyawan karena pandemi, tapi sementara dia kerja dulu di salah satu café milik anggota Kumal juga, semoga berkahlah,’’katanya lagi.

Kumal juga berencana meresmikan komunitasnya menjadi yayasan sosial, mereka melihat banyak sekali masyarakat Nunukan yang perlu uluran tangan terutama di saat pandemi Covid-19.

Dari uang iuran seluruh anggota komunitas mereka berupaya memberikan kebutuhan itu.

‘’Bukan tidak mungkin, anak seperti Yusi kita kuliahkan, Kumal sudah cukup lama terbentuk dan kita merasa sudah saatnya ada yayasan khusus untuk menangani kasus sosial.’’kata Ayyub.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com