Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mohon Doanya agar Abang Angga Bisa Selamat, Dia Lulusan SMK Pelayaran, Pandai Berenang..."

Kompas.com - 10/01/2021, 11:19 WIB
Perdana Putra,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

PADANG, KOMPAS.com - Keluarga Angga Fernanda Afriyon (25), salah seorang penumpang pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, berharap keajaiban datang.

Rumah kediaman orangtua Angga di Sungai Sapiah, Padang, Sumatera Barat, ramai dikunjungi warga pada Sabtu (9/1/2021) malam.

Mereka menggelar doa bersama berharap Angga bisa selamat dari musibah tersebut.

"Mohon doanya agar Bang Angga bisa selamat. Dia lulusan perkapalan di SMK Pelayaran, pandai berenang dan kalau jatuh ke laut, dia mudah-mudahan bisa selamat," adik sepupu Angga, Suci kepada Kompas.com, Sabtu malam.

Suci mengatakan, keluarga syok mendapat kabar pesawat yang ditumpangi Angga hilang kontak.

"Kami ikuti terus perkembangannya hingga malam belum ada kabar juga," kata Suci.

Baca juga: Sebelum Lepas Landas, Indah Kirim Foto Sayap Sriwijaya Air yang Hilang Kontak dan Bilang Doakan Ya

Angga bekerja di sektor perkapalan di Pontianak. Ia mengambil cuti untuk melihat anaknya yang lahir di Jakarta pada 2 Januari.

Sebelum kejadian, Angga sempat melakukan video call bersama kedua orangtuanya, Oyon (60) dan Afrida (55).

Angga, kata Suci, memperlihatkan anaknya yang baru lahir. Anaknya itu berada di rumah Angga di Jakarta.

Tetapi, Angga mendapat telepon untuk segera kembali ke Pontianak karena urusan kerjaan sebelum masa cutinya habis.

"Dia cuti pulang ke Jakarta karena istrinya melahirkan, kami sempat video call sebelum abang berangkat," kata Suci.

Baca juga: Kisah Osneti, Sekeluarga Selamat dari Maut Sriwijaya Air SJ 182 gara-gara Tak Swab PCR

 

Suci mengaku tak memiliki firasat apa pun saat video call itu. Karena, keluarga dalam kondisi gembira atas kelahiran anak Angga.

"Tapi setelah itu dapat kabar pesawat yang ditumpangi Bang Angga hilang kontak dan saya serta keluarga sempat syok," jelas Suci.

Orangtua Syok

Kedua orangtua Angga sempat syok mendapat kabar tersebut. Kini, mereka telah tenang dan menunggu informasi lanjutan dari peristiwa itu.

"Iya, ayah dan ibu Bang Angga sempat syok. Tapi setelah itu kembali tenang dan menunggu informasi selanjutnya," kata Suci.

Baca juga: Dua Kantong Jenazah dari Sriwijaya Air Dibawa ke RS Polri, Berikut Isinya

Angga merupakan salah satu dari empat anak yang dimiliki pasangan Oyon dan Afrida.

Setelah menamatkan sekolah di SMK Pelayaran Padang, Angga bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di sektor perkapalan di Kalimantan.

Pada Februari 2020, Angga menikah di Padang. Setelah menikah, Angga pindah ke Jakarta karena istrinya yang berasal dari Pariaman berdomisili di sana.

Sejak saat itu, Angga belum pernah pulang ke rumah orangtuanya karena kesibukan bekerja dan kondisi pandemi Covid-19.

Sebelumnya, Sriwijaya Air SJ182 tujuan Jakarta-Pontianak lepas landas dari Bandara Soetta, Sabtu pukul 14.36 WIB.

 

Beberapa saat setelah lepas landas, sekitar pukul 14.40 WIB, pesawat dinyatakan hilang kontak.

Pesawat disebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu, dekat Pulau Laki dan Pulau Lancang.

Direktur Utama Sriwijaya Air Jeff Jauwena menyatakan pesawat SJ182 sempat tertunda keberangkatannya atau delay selama 30 menit akibat hujan deras.

Baca juga: Ini Respons Boeing Soal Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jenis 737-500

"Delay akibat hujan deras, maka ada delay 30 menit saat boarding," kata Jeff dalam konferensi pers dari Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (9/1/2021).

Sementara itu, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Suryanto Cahyono mengatakan pihaknya masih terus mengumpulkan berbagai informasi mengenai peristiwa jatuhnya pesawat SJ182 itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com