MAGETAN, KOMPAS.com - Eksotisme keindahan Kampung Wonomulyo, kampung di atas awan yang terletak di kaki Gunung Lawu, tergambar dari adegan fim pendek berjudul "Oglangan" garapan dari pemuda karang taruna kampung setempat.
Adegan pertama dibuka dengan keindahan langit Wonomulyo di pagi hari, dimana masyarakat di sana yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. Mereka terlihat beraktivitas di tengah kebun sayur.
Kampung Wonomulyo terlihat jauh di bawah bukit yang menjadi setting adegan petani menggarap kebun sayur tersebut.
Sutradara film "Oglangan", Winarto mengatakan, film berdurasi 15 menit tersebut selain menggambarkan keindahan kampung Wonomulyo juga mengangkat kesenian tongling.
Musik tongling merupakan musik yang dihasilkan dari peralatan musik yang dibuat dari bambu. Tongling merupakan kesenian khas kampung Wonomulyo.
“Oglangan itu bahasa sini, yang artinya mati lampu,” ujarnya ditemui di Kampung Wonomulyo Sabtu (09/01/2021).
Baca juga: Begini Pola Baru Aktivitas Gunung Merapi, Usai Letusan Hebat 2010
Film "Oglangan" menurut Winarto merupakan gambaran sebuah tantangan bagi generasi muda untuk tetap menggeluti kesenian tradisional seperti musik tongling.
Film pendek ini menceritakan saat penting dimana grup musik tongling harus tampil secara virtual di sebuah televisi desa.
Namun di saat penting untuk memperkenalkan seni musik tradisional tersebut, listrik justru padam. Segala upaya mereka kerahkan agar mereka bisa tetap tampil di TV Desa meski secara tunda.
“Di sini susah sinyal, jadi tanpa wifi ya tidak bisa siaran live,” imbuhnya.
Dengan semangat tak pernah menyerah, mereka akhirnya meminjam diesel agar bisa tetap memainkan musik tongling dan menyiarkan aksi mereka secara tunda.
Melalui penampilan tersebut, mereka berharap kesenian khas kampung mereka bisa dikenal oleh banyak orang.
Beruntung ketika jam telah mendekati waktu siaran live tiba tiba listrik menyala kembali sehingga mereka bisa melakukan siaran langsung.
“Oglangan atau mati lampu itu sebagai gambaran bahwa kami harus tetap semangat memelihara musik tongling untuk tetap eksis,” imbuhnya.
Baca juga: Kisah Sukses Panut, Dapat Rp 50 Juta Per Bulan dari Jualan Ikan Cupang