Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Meninggal di Kapal Ikan Taiwan, Pekerja Asal Gunungkidul Sempat Kirim Uang untuk Perbaiki Rumah

Kompas.com - 08/01/2021, 05:57 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Tenda dan kursi tersimpan di halaman rumah sederhana milik pasangan Bani dan Wagiyah warga Padukuhan Temuireng 2, Kalurahan Girisuko, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta.

Rumah itu tempat tinggal orangtua almarhum Sunakip Setiawan (21), sebelumnya ditulis (26), pekerja yang meninggal di kapal ikan di Taiwan.

Keluarga, tetangga, hingga pamong kalurahan duduk bersantai di dalam rumah limasan dan di halaman yang tendanya masih terpasang. Puluhan kursi dan meja berwarna biru masih tersimpan di halaman rumah.

Baca juga: 16 Bulan Bekerja di Kapal Ikan di Taiwan, Pemuda Gunungkidul Meninggal

Sejak Senin (4/1/2021) begitu terdengar kabar meninggalnya Sunakip, keluarga dan tetangga setiap hari menemani pasangan Bani dan Wagiyah.

Selain memberikan dukungan moral, setiap malam mereka memanjatkan doa untuk almarhum. Ada puluhan orang yang setiap malam mendoakan anak kedua pasangan Bani dan Wagiyah ini.

"Setiap malam rumah ini penuh untuk amalan (mengaji)," kata Bani di rumahnya Kamis (7/1/2021).

Dia mengaku sudah ikhlas kematian Sunakip dan yang terpenting jenasahnya bisa dikebumikan di kampungnya.

Sambil menatap ke langit rumahnya, Bani bercerita jika anaknya merupakan lulusan SMK N 1 Tanjungsari yang merupakan SMK pelayaran.

Sejak kecil, memang Sunakip ingin bekerja di luar negeri termasuk pelayaran.

Pada tahun 2019, Sunakip mendaftarkan diri berangkat ke Taiwan bersama dua orang teman dan juga masih kerabatnya. Keduanya adalah Udiantoro dan Edi Susanto.

Telepon terakhir diterimanya dua bulan yang lalu, Sunakip bercerita tentang kesehatannya dan kondisi di sana. Waktu itu yang menerima telepon Wagiyah.

"Gajine lancar, tapi menerima 6 bulan sekali, tetapi di sana diperlakukan baik," ucap Bani.

Selain menepon tentang kondisi, Sunakip juga mengatakan sudah mengirimkan uang kepada keluarganya untuk memperbaiki rumah bagian belakang.

Bani pun bergegas untuk memotong beberapa pohon jati miliknya untuk mendukung keinginan anak.

Namun belum sempat diwujudkan, Sunakip sudah meninggal dunia.

"Saya sudah ikhlas, yang terpenting bisa dibawa pulang," ucap Bani diamini Wagiyah.

Dia mengaku bersyukur karena perhatian tidak hanya diperoleh dari tetangga, namun pemerintah datang untuk menjenguknya.

Kakak dari Udiantoro, Danang Wahyudiantoro, mengaku jika kabar meninggalnya Sunakip diketahui dari adiknya. Dia menelepon jika kondisi Sunakip sudah sakit sejak beberapa pekan.

"Kalau dari kepolisian dari sana belum ada kabar, tapi kemarin adik saya telepon mengabarkan almarhum sempat sakit di kapal," ucap Danang.

Baca juga: Pemulangan Jenazah Pekerja Kapal Ikan Taiwan Tunggu Hasil Otopsi

Dia berharap Udiantoro dan Edi Susanto bisa segera dipulangkan ke Indonesia dan berkumpul dengan keluarga.

Saat Kompas.com datang, ada dari tim Satgas Pekerja Migran Indonesia Unprosedural Pemda DIY, Dinas Tenaga Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Gunungkidul, serta penanggung jawab keberangkatan almarhum Sunakip.

Penanggung jawab keberangkatan, Jimmy Lengkong mengatakan perusahaan yang memberangkatkan almarhum dan kedua tetangganya yang juga masih kerabat dengan korban sedang bermasalah.

Dirinya mengambil peran sebagai penanggung jawab, karena ketiganya berangkat saat dia masih bekerja di perusahaan itu.

Jimmy mengaku mendapatkan informasi kematian korban dari kedua kerabat almarhum Sunakip yang bekerja di kapal yang sama. Keduanya adalah Udiantoro dan Edi Susanto.

  "Awal pertama dia telepon saya menanyakan ada kekerasan tidak? ternyata tidak ada. Ya sudah," kata Jimmy. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com