Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Pola Baru Aktivitas Gunung Merapi, Usai Letusan Hebat 2010

Kompas.com - 07/01/2021, 18:18 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Namun ada yang perlu menjadi catatan menurut Mirzam, yaitu ketika aliran lava dengan temperatur yang tinggi tetapi tidak mengalir jauh.

Hal tersebut perlu menjadi kewaspadaan sebab dikhawatirkan menyumbat dan terjadi akumulasi energi dari magma yang belum keluar di bawahnya.

“Kita belajar sesuatu yang baru dari Gunung Merapi karena temperatur lavanya tinggi namun tidak mengalir jauh,” ucapnya.

Seharusnya, jika lava yang keluar bersuhu tinggi, maka lavanya akan encer. Namun jika tidak encer maka bisa menahan magma yang belum keluar. Lava sendiri umumnya akan mulai mengalir ketika memiliki suhu >700C.

Menurut Mirzam, perbedaan warna, mencerminkan perbedaan suhu lava. Lava berwarna putih suhu >1150C, lava kuning keemasan suhu >1100C.

Lalu lava oranye suhu 900-1000C, lava berwarna merah buah ceri suhu >700-800C, lava warna merah tanah suhu >550-625C, dan lava merah redup suhu >475C, lava pijaran pizza bersuhu >260-315C.

Dengan mempelajari warna dari guguran lava tersebut, dapat menjadi referensi bagi masyarakat setempat untuk melakukan mitigas mandiri (self mitigation).

Dengan begitu, masyarakat yang tinggal di sekitaran Gunung Merapi akan lebih peduli pada pola aktivitas gunung tersebut dan tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Berdasarkan prediksi yang sudah dibuat, jika terjadi Gunung Merapi meletus, volumenya tidak akan sebesar 2010.

Namun lagi-lagi, prediksi itu berdasarkan data yang sudah ada, semakin banyak data maka akan semakin akurat.

ITB sendiri tengah melakukan pengumpulan data-data gunung api sehingga pemodelan berbasis data akurasinya akan semakin tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com