YOGYAKARTA, KOMPAS.com- GeNose alat yang dikembangkan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk skrining pasien positif Covid-19, awalnya dirancang untuk mengkualifikasi kualitas kopi dan teh.
Pendeteksi virus corona dengan embusan ini awalnya hanya dikembangkan oleh tiga orang dua orang berlatar belakang matematika dan ilmu pengetahuan alam serta seorang dokter.
Seiring berjalannya waktu, pengembangan GeNose diikuti oleh enam peneliti.
Baca juga: Ganjar Pesan 100 GeNose, Alat yang Siap Baru 32 Buah
Guru Besar UGM yang ikut dalam pengembangan alat tersebut, Kuwat Triyana, mengatakan GeNose bukan alat yang benar-benar baru.
Kuwat sudah mengembangkan benda itu sejak 2008.
“Dulu hanya hanya untuk kualifikasi kopi kualitas 1, 2, atau 3. Selain kopi juga untuk kualifikasi teh. Lalu dikembangkan lagi untuk mendeteksi gelatin babi atau non babi,” kata Kuwat saat ditemui di UGM Science Techno Park, Kalasan, Sleman, Selasa (5/1/2021).
Saat virus corona merebak di Indonesia, Kuwat dan timnya mengubah fungsi GeNose.
Baca juga: Ganjar Borong 100 GeNose Buatan UGM Seharga Rp 62 Juta
“Mulai sejak Covid ada itu bulan April, dilakukan modifikasi bagian sirkuit dan sensornya kemudian diterapkan,” kata dia.
Pasalnya, penelusuran orang terinfeksi dianggap lebih efektif ketimbang sekadar pembatasan sosial yang selama ini sudah diterapkan.
Baca juga: Update Berkala AI Bikin Alat Deteksi Covid-19 Karya UGM GeNose Makin Pintar
"Adanya GeNose ini setiap orang bisa dites kalau positif orang tanpa gejala (OTG) bisa langsung dikarantina jika negatif maka dapat bekerja. Ini PSBB model smart," kata Kuwat.
“Kalau PSBB tidak cerdas kan seluruh orang dianggap terpapar Covid jadi ekonomi mandek,” sambungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.