Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses Office Boy Ekspor Keranjang Gedebok Pisang hingga ke Amerika, Berdayakan Ratusan Ibu

Kompas.com - 05/01/2021, 09:13 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Wisnu Widodo (35) duduk di pojok bangunan mirip gudang yang terletak di Padukuhan Mendang 3, Kalurahan Ngestiharjo, Kapanewon Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (4/1/2021).

Di rumah produksi itu, awal keranjang berbahan dasar gedebok pisang akan sampai ke Amerika dan negara Eropa lainnya.

Wisnu sesekali menata tumpukan keranjang dan berbincang dengan dua orang pekerja yang sedang mengoleskan lem di keranjang. Bahkan sesekali memeriksa kualitas keranjang hasil buatan ratusan ibu-ibu dari Kalurahan Ngestirejo.

Siapa menyangka, 17 tahun lalu, atau tahun 2003 selepas lulus SMA 1 Wonosari, Wisnu bekerja sebagai office boy (OB) di sebuah perusahaan ekspor kerajinan di Bantul. Setiap hari dirinya membersihkan kantor dan membuatkan minuman para pegawai.

Baca juga: Kisah Sukses Difabel Bikin Kerajinan Kaki Palsu, Bahagia Melihat Orang Bisa Berjalan Lagi

 

Selama hampir dua tahun rutinitas itu dilakoninya. Setelah itu, dirinya memberanikan diri keluar dan bekerja di industri kerajinan keranjang dari gedebok pisang, masih di Bantul.

Berbekal kemampuan membuat keranjang dari gedebok pisang, dirinya memutuskan untuk pulang ke Gunungkidul pada tahun 2016. Wisnu menerima pesanan dari kantor yang sebelumnya dia bekerja. 

"Awalnya saya kerja sebagai OB, selama hampir dua tahun bekerja jadi tukang bersih-bersih kantor, membuatkan minum pegawai di sana. Lalu keluar, dan bekerja di kantor sub kantor ekspor itu, dan bekerja di perusahaan kerajinan," kata Wisnu kepada Kompas.com di rumah produksinya Senin.

"Lalu pulang (ke Gunungkidul), dan memilih membuat keranjang. Awal pesanan yang masuk kadang 20 biji, kadang sampai 100 biji," ucap dia.

Seiring perjalanan waktu, pesanan bertambah banyak. Wisnu memutuskan mengajak beberapa tetangga untuk membantu.

Gedebok pisang yang dibeli dari wilayah Bojonegoro, Jawa Timur, yang sudah berbentuk seperti tali diubahnya menjadi keranjang yang unik. Pesanan yang semakin meningkat membuatnya menarik ratusan ibu-ibu rumah tangga untuk bergabung.

Kini ada sekitar 300-an ibu-ibu yang setiap hari menyetorkan keranjang. Nantinya keranjang hasil setoran ibu-ibu itu diolesi lem agar ikatan tidak lepas dan awet.

Menurut dia, tak ada kendala berarti dalam pembuatan keranjang ini, hanya saja saat musim penghujan seperti saat ini harus mengeringkan keranjang menggunakan oven. Padahal setiap hari hanya mampu 80-an keranjang.

"Awalnya hanya lima orang, saya latih dan terus berkembang menjadi ratusan orang. Ibu-ibunya berasal dari 10 padukuhan di sini (Kalurahan Ngestiharjo)," ucap pria yang sekarang tinggal di Kalurahan Mulo, Kapanewon Wonosari.

Baca juga: Raup Untung Rp 15 Juta Sebulan dari Jualan Gorengan, Ini Kisah Sukses Eril yang Sempat Gagal Kuliah

Benar saja, ketika Kompas.com berbincang dengan Wisnu, ada belasan ibu-ibu yang datang menyetorkan keranjang. Setiap ibu yang datang ada yang membawa tiga hingga lima biji keranjang.

Kepada seorang ibu, Wisnu memberikan contoh pola keranjang yang baru, sedikit penjelasan, ibu tersebut sudah paham apa yang dimaui oleh Wisnu.

Keranjang yang berbahan dasar gedebok pisang dan ditambah ornamen dari rotan itu laris di Kawasan Amerika Serikat dan sebagian kecil Eropa.

Wisnu memang tidak mengekspor langsung, dirinya menyetorkan ke perusahaan tempat ia awalnya bekerja sebagai OB dan dua perusahaan lainnya.

Kini, setiap bulannya 1000 sampai 2000 keranjang dibawa ke Bantul dan langsung dibawa ke Amerika dan Eropa.

"Awal pandemi itu dari Januari sampai Maret (2020) tidak ada pesanan sama sekali. Sejak awal April pesanan kembali. Bahkan melebihi sebelum pandemi," ucap dia.

Harga keranjang pun bervariasi mulai Rp 50.000 sampai Rp 100.000 tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya.

Dengan pesanan yang terus meningkat, hal ini tentu membawa rejeki ibu rumah tangga yang ikut membantunya. Setiap hari dirinya memberikan gedebog pisang dan bahan lainnya kepada ibu-ibu, dan dikembalikan dalam bentuk keranjang.

Salah satu yang membantu, Lina Supriyani. DItemui di rumahnya yang berjarak sekitar 500 meter dari lokasi pengemasan, Lina tampak duduk di depan pintu rumah. Tangannya cekatan merangkai gedebok pisang ke kerangka dan menalinya dengan senar. Setiap hari dirinya bisa membuat 5 sampai 6 keranjang.

"Satu keranjang kecil bisa selesai 1 jam, untuk ukuran besar bisa kurang dari 2 jam lah," kata Lina.

"Lumayan bisa membantu perekonomian keluarga, karena bisa untuk membeli kebutuhan rumah tangga," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com