Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah FPI Dibubarkan, Kini Negara Diminta Tegas pada Korporasi Serakah

Kompas.com - 04/01/2021, 09:04 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menyatakan, setelah negara berhasil menekan laju ideologi intoleran di Indonesia melalui pembubaran beberapa ormas, FPI dan HTI, kini saatnya negara bersikap tegas terhadap pelaku intoleran kemestaan, yaitu kelompok masyarakat atau korporasi yang ugal-ugalan dan serakah dalam melakukan perusakan alam. Baik yang legal maupun ilegal.

Dedi menjelaskan, sikap tegas terhadap perusak alam yang legal adalah dengan cara melakukan evaluasi terhadap berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan sejak zaman Orde Baru sampai hari ini.

Baca juga: Kapal Isap Timah Karam dan Ancam Lingkungan, Dedi Mulyadi: Pemberi Izin Tolong Buka Mata

 

Kebijakan dimaksud adalah yang nyata-nyata bertenatangan dengan prinsip pengelolaan alam yang berbasis kearifan serta prinsip-prinsip eksploitasi yang bertentangan dengan semangat berkelanjutan.

Sebab, kata Dedi, dalam pandangannya bahwa disintegrasi bangsa bukan hanya muncul dari paham intoleran keberagaman, tetapi sifat serakah yang telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan kebangsaan.

"Masyarakat yang tergusur dalam lingkungan karena ekspolitasi. Orang-orang yang kehilangan pekerjaannya karena kerusakan lingkungan akan melahirkan kelompok masyarakat frustasi yang pada akhirnya, mereka, karena tercerabut dari habitat alamnya, masuk ke iedeologi intoleran bahkan radikal," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Senin (4/1/2021).

Menurut Dedi, munculnya paham radikal, terutama di perkotaan, disebabkan salahnya adalah tata ruang yang salah dan kerusakan lingkungan. Hal itu mengakibatkan orang yang tak nyaman lagi tinggal di habitatnya kemudian mencari jalan mencari ketenangan hingga bertemu guru yang salah.

"Paham intoleran muncul di kota-kota besar dan kampus-kampus besar, dari sisi aspek tata kelola berpikir itu aneh. Orang pendidiikan tinggi justru mengalami probelm, berarti kan bukan persoalan paham intoleran, tetapi ada kegelishan karena dia tercerabut dari habitatnya," kata mantan bupati Purwakarta itu.

Baca juga: Dedi Mulyadi Tantang Menteri KP Baru Hentikan Ekspor Benih Lobster

Dedi menganalogikan bahwa harimau buas memangsa manusia ketika tidak memiliki lagi habitatnya. Begitu juga buaya buas memangsa manusia karena tak punya habitatnya.

"Manusia juga begitu ketika kehilagan habitat, dia akan buas," kata Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com