Namun, jika jalurnya berbahaya mereka akan mencoba jalur lain.
Hingga akhirnya mereka menemukan jalur bercabang, di mana terlihat sebelah kiri semak-semak dan sebelah kanan tebing.
Aji memutuskan memeriksa jalur kanan atau tebing. Namun, tidak ada jalan lagi karena merupakan jurang curam.
Fuad yang berada di depan Aji memutuskan mencoba jalur kiri yang merupakan semak-semak.
Baru beberapa langkah berjalan, Fuad terpeleset dan jatuh ke jurang. Aji tak bisa melihat Fuad lagi karena kabut sangat tebal saat itu.
Jarak Aji dan Fuad ketika musibah terjadi 2-3 meter. Fuad sempat berteriak saat melihat Aji jatuh dalam posisi menggelinding.
"Saya teraik-teriak selama lima menit, tak ada respons. Saya minta tolong tidak ada respons. Akhirnya saya naik kembali ke Pelawangan Senaru. Masih belum ada pertolongan, saya turun ke pos 3 bertemu kembali rombongan anak-anak Bima dan dibantu menghubungi TNGR, " kata Aji.
Proses pencarian
Kepala Resort TNGR Senaru Isnan Laila Surahmat mengatakan, dirinya mendapat telepon dari Aji dan mengabarkan musibah yang menimpa Fuad pada Jumat pukul 14.00 WITA.
Pukul 16.00 WITA semua tim evakuasi berangkat menuju lokasi kejadian. Namun, karena hujan dan cuaca kurang mendukung, tim pencari hanya sampai di pos 3 jalur Senaru pada malam hari sehingga pencarian dilanjutkan pada Sabtu (2/1/2021) pagi.
"Pencarian dilakukan sepanjang hari. Namun, korban belum ditemukan karena hujan dan jalan yang licin. Hingga datang bantuan tim pencari dan evakuasi dari Badan SAR Mataram," jelas Isnan.
Korban akhirnya ditemukan Minggu sekitar pukul 07.15 WITA dalam kondisi meninggal dunia karena luka yang parah di bagia kepala, perut, dan kaki.
Jenazah korban dibawa hingga Puskesmas Senaru pukul 16.00 WITA untuk divisum dan disemayamkan di RSUD Kota Mataram pada Minggu malam.
Jalur lama Senaru berbahaya
Isnan menjelaskan, korban diprediksi salah jalur. Kedua pendaki asal Surabaya itu melewati jalur lama yang telah mengalami longsor.