Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Pekerja Anak di Industri Kelapa Sawit, Tak Sekolah hingga Diselundupkan ke Malaysia

Kompas.com - 03/01/2021, 16:25 WIB
Rachmawati

Editor

Ima terkadang bekerja 12 jam sehari, dan hanya mengenakan sandal jepit, tanpa sarung tangan.

Ia sesekali menangis ketika duri-duri buah yang tajam membasahi tangannya atau ketika kalajengking menyengat jarinya.

Beban yang dia bawa, terkadang begitu berat hingga dia kehilangan pijakan.

“Saya bermimpi suatu hari saya bisa kembali ke sekolah,” katanya kepada AP. Air mata mengalir di pipinya.

Baca juga: Saksi Ungkap Penjualan Lahan Sawit Rp 15 Miliar ke Nurhadi

Pekerja anak telah lama menjadi noda hitam dalam industri minyak sawit global yang memiliki kapitalisasi pasar senilai $ 65 miliar.

Meskipun sering ditolak atau diremehkan sebagai anak-anak yang hanya membantu keluarga mereka di akhir pekan atau setelah sekolah, hal itu telah diidentifikasi sebagai masalah oleh kelompok hak asasi manusia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan pemerintah AS.

Dengan sedikit atau tanpa akses ke tempat penitipan anak, beberapa anak kecil mengikuti orang tua mereka ke ladang.

Mereka bersentuhan dengan pupuk dan beberapa pestisida yang dilarang di negara lain.

Baca juga: Protes, Pengusaha Minta Kenaikan Tarif Pungutan Ekspor Sawit Dikaji Ulang

Seiring bertambahnya usia, mereka mendorong gerobak yang berisi buah dua atau tiga kali beratnya.

Beberapa menyiangi dan memangkas pohon tanpa alas kaki. Sementara remaja laki-laki memanen tandan sawit yang cukup besar untuk dihancurkan.

Atau mengiris buah dari cabang yang tinggi dengan pisau sabit yang dipasang pada tiang yang panjang.

Baca juga: Mengevaluasi Program Sawit Rakyat

"Saya ingin menjadi istri pekerja kelapa sawit"

Dalam beberapa kasus, seluruh keluarga hanya dapat menghasilkan kurang dari Rp 70.500 dalam sehari.

“Selama 100 tahun, keluarga terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan mereka tidak tahu apa-apa selain bekerja di perkebunan kelapa sawit,” kata Kartika Manurung, yang telah menerbitkan laporan yang merinci masalah ketenagakerjaan di perkebunan Indonesia.

“Ketika saya… bertanya kepada anak-anak mereka ingin menjadi apa ketika mereka besar nanti, beberapa gadis berkata, 'Saya ingin menjadi istri pekerja kelapa sawit.'"

Investigasi AP terhadap pekerja anak mengungkap kasus pemerkosaan, kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan.

Baca juga: Harimau Sumatera Melintasi Kebun Sawit Perusahaan untuk Menandai Wilayah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com