Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu Tempe di Solo Kurangi Produksi dan Perkecil Ukuran

Kompas.com - 02/01/2021, 13:45 WIB
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi

 

SOLO, KOMPAS.com - Sejumlah perajin tahu tempe di Solo, Jawa Tengah terpaksa harus mengurangi produksi dan memperkecil ukuran.

Hal ini dilakukan imbas dari naiknya bahan baku pembuatan tahu tempe yaitu kedelai.

Seorang perajin tempe tahu, Sunardi (71) mengatakan selalu menggunakan kedelai impor untuk bahan baku pembuatan tahu tempe.

Kedelai itu dia beli dengan harga Rp 8.250 per kilogram dari sebelumnya Rp 6.300 per kilogram.

Baca juga: Tak Dapat Subsidi, Perajin Tahu Tempe Ancam Lakukan Mogok Nasional

Namun, sejak harga kedelai naik, Sunardi terpaksa mengurangi ukuran dan ketebalan tahu tempe serta menekan biaya produksi agar bisa tetap bertahan.

"Sekarang hanya bisa bertahan dengan mengurangi produksi dan ukuran ketebalan. Karena dikurangi juga tidak laku," kata Sunardi di rumahnya yang sekaligus sebagai tempat pembuatan tahu di RT 003, RW 003 Krajan, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (2/1/2021).

Sebelum mengalami kenaikan harga, Sunardi mengatakan dalam sehari bisa memproduksi sebanyak empat kuintal terdiri 300 kilogram tahu dan sisa 100 kilogram tempe.

Sejak harga kedelai mengalami kenaikan, Sunardi terpaksa harus mengurangi produksi tahu tempenya hingga 50 persen.

"Sekarang menurun hampir 50 persen. Produksi dikurangi," terang dia.

Sunardi mengaku usaha pembuatan tahu tempe tersebut sudah secara turun temurun yang dimulai sejak tahun 1950.

Selama ini, dia menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tahu tempe karena sari yang dihasilkan lebih banyak dari pada kedelai lokal.

"Dulu pakai kedelai lokal bagus. Tapi sekarang pakai kedelai impor dari Amerika Serikat," kata dia.

Baca juga: Kemendag Sebut Stok Kedelai untuk Industri Tahu dan Tempe Cukup

Sunardi mengatakan tahu tempe buatannya dijual ke berbagai pasar tadisional di Solo, yakni Pasar Nusukan, Pasar Legi, Pasar Ledoksari dan lainnya.

"Selain di Solo ada yang dijual ke Boyolali, dan Karanganyar," ungkapnya.

Perajin tahu lainnya, Slamet Mujiyono (45) mengatakan kenaikan harga kedelai sudah dirasakan sejak pertengahan Desember 2020. Kenaikan itu berimbas pada hasil produksinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com