LAMPUNG, KOMPAS.com – Rona wajah Reno (11) terlihat bahagia. Matanya berbinar menatap jembatan gantung yang melintang di atasnya.
Reno dan kawan sepermainannya sedang bermain di pertemuan Sungai Kuripan dan Sungai Way Betung, dimana jembatan gantung yang sedang dibangun itu melintang.
“Sekolah aku di sana, Oom. Nyeberang dulu lewat sungai kalau pas lagi sekolah,” kata Reno menunjuk lokasi di sisi lain jembatan, Rabu (30/12/2020).
Pelajar kelas IV ini adalah siswa SDN 1 Batu Putuk, Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung.
Rumahnya berada di Kampung Kihung, sedangkan sekolahnya berada di Kampung Batu Putuk. Dua kampung ini dipisahkan dua sungai, Sungai Kuripan dan Sungai Way Betung.
Baca juga: Kisah Pilu Nyilat, Seberangi Sungai Sembari Bawa Sepeda Motor, Tenggelam dan Meninggal
Sebelum pandemi, Reno dan para siswa lain yang satu sekolah itu harus menyeberangi dua sungai dengan cara menapaki bebatuan besar.
Akses terdekat adalah di lokasi pembangunan jembatan gantung, yang merupakan titik pertemuan dua sungai.
“Paling dekat lewat sini, Oom. Kalau lewat jalan umum, jauh, harus memutar. Tapi, kadang ngeri lewat sini, apalagi pas banjir,” kata Reno.
Ketua RT 08, Lingkungan I, Kampung Kihung, Suparno menyambut baik pembangunan jembatan gantung yang dilakukan oleh Vertical Rescue Indonesia (VRI) regional Lampung tersebut.
Menurut Suparno, dengan adanya jembatan, akses bagi anak sekolah akan semakin mudah.
“Kalau jalan umum memang bisa, tapi jauh dan harus naik sepeda motor. Tapi, nggak semua warga kan punya sepeda motor,” kata Suparno.
Akses menuju sekolah ini menjadi masalah jika turun hujan lebat. Suparno mengatakan, Sungai Kuripan dan Sungai Way Betung tidak bisa diseberangi jika banjir.
Suparno mengatakan, warga sangat antusias dengan pembangunan jembatan tersebut dan ikut bergotong royong membangun.
“Sudah lebih dari 10 tahun mungkin kami berharap ada jembatan di sini. Sudah kami sampaikan juga ke pemerintah dan DPRD, tapi belum ada respons,” kata Suparno.
Koordinator VRI Regional Lampung, M Kariskun mengatakan, spesifikasi jembatan gantung itu memiliki panjang 70 meter dengan lebar 120 sentimeter.
“Jembatan ini menggunakan sling penyangga yang mampu menahan beban maksimal 350 kilogram. Sepeda motor juga bisa menyeberang,” kata Kariskun.
Jembatan di Kampung Kihung ini adalah jembatan ke 14 yang telah dibangun oleh VRI regional Lampung di sejumlah kabupaten di Provinsi Lampung.
Menurut Kariskun, pertimbangan untuk membangun jembatan di sebuah lokasi adalah melihat akses pendidikan dan kesehatan.
“Seperti di sini, akses pendidikan bagi siswa terbatas. Kalau hujan siswa tidak bisa menyeberang,” kata Kariskun.
Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Pesawat Lion Air Tergelincir di Lampung | Jembatan Bambu Senilai Rp 200 Juta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.