Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2020: 5 Kisah Tragis dan Menyentuh di Masa Sekolah Online, Ada Anak yang Dibunuh dan Dikubur Berpakaian Lengkap gara-gara Sulit Belajar Daring

Kompas.com - 31/12/2020, 06:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Pandemi Covid-19 memengaruhi berbagai pola kehidupan masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan.

Sekolah yang bisanya dilakukan secara tatap muka, kini berganti menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring atau online.

Perjalanan siswa dan guru dalam menerapkan pembelajaran daring di tahun 2020 diwarnai sejumlah cerita tragis hingga menyentuh.

Ada siswa SD yang dibunuh oleh ibunya lantaran sulit diajari belajar online. Ada juga yang diduga bunuh diri karena beban tugas daring.

Selain itu, tertoreh pula cerita perjuangan para siswa untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru ini.

Berikut sederet kisah yang dirangkum oleh Kompas.com:

Baca juga: Sulit Diajari Belajar Online, Bocah SD Dipukuli Sapu hingga Meninggal

1. Siswi SD dibunuh ibunya karena sulit diajari belajar online

Ilustrasi kekerasan anak.SHUTTERSTOCK Ilustrasi kekerasan anak.
Pada akhir Agustus 2020, seorang siswa dipukuli oleh ibu kandungnya sendiri di sebuah rumah kontrakan di Kecamatan Larangan, Tangerang.

Pelaku yang berinisial LH, saat itu mengaku sedang mengajarkan anaknya belajar.

Tetapi, sang anak membuatnya kesal lantaran susah diajari saat belajar online.

Hal itu rupanya membuat sang ibu gelap mata dan menganiaya putrinya.

Ia mencubit, memukul dengan tangan kosong dan memakai sapu.

"Kami dalami mereka, khususnya kepada almarhum yang merupakan anak kandungnya sendiri, dia merasa kesal, merasa anaknya ini susah diajarkan, susah dikasih tahu sehingga kesal dan gelap mata," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lebak AKP David Adhi Kusuma.

"Dicubit di bagian paha, selanjutnya dipukul dengan tangan kosong di bagian paha. Lalu si anak juga dipukul dengan gagang sapu dari kayu sebanyak lima kali di bagian kaki, paha, betis dan tangan," lanjut dia.

Baca juga: Suami Istri Bunuh Anak, Dikubur Berpakaian Lengkap, Mengaku Menyesal dan Khilaf ke Polisi

Saat korban tersungkur lemas, LH justru semakin kalap dengan memukul bagian belakang kepala anaknya sebanyak tiga kali dengan sapu.

Ayah korban berinisial IS yang mengetahui hal itu sempat marah dan mengajak korban keluar untuk mendapatkan udara segar.

Tetapi korban meninggal dunia di perjalanan.

Panik, pasangan IS dan LH pun kemudian membawa jasad anak mereka dengan sepeda motor ke TPU Gunung Kendeng Lebak, Banten.

Korban dikubursecara diam-diam masih dengan pakaian lengkap.

Keberadaan jasad bocah malang itu baru diketahui pada 12 September 2020 oleh warga setempat. Warga curiga lantaran ada makam baru tetapi tak ada warga desa yang meninggal dunia.

Warga kemudian menggali makam itu dan menemukan jasad seorang anak berpakaian lengkap di lubang sedalam setengah meter.

Polisi pun kemudian melakukan penyelidikan dan menangkap kedua pelaku yang tak lain adalah orangtua korban.

Baca juga: Beralasan Kubur Kucing, Orangtua Ternyata Pinjam Cangkul untuk Kubur Anaknya Diam-diam

 

Ilustrasi racun.Shutterstock Ilustrasi racun.
2. Diduga terbeban tugas daring, siswi SMA bunuh diri

Seorang siswi SMA Negeri 18 Gowa, Sulawesi Selatan ditemukan tewas oleh adiknya di kamar, Sabtu (17/10/2020).

Siswi berinisial MI (16) itu sempat merekam dirinya menenggak racun serangga sebelum akhirnya tewas.

Saat ditemukan, MI sudah dalam kondisi mulut berbusa.

Ditemukan pula cangkir berisi cairan berwarna biru yang merupakan racun serangga.

Dari laporan awal yang diterima kepolisian, MI mengakhiri hidup diduga karena bermasalah dengan tugas daring dan terbatasnya fasilitas internet di daerahnya.

"Sampai saat ini kami masih melakukan pendalaman terkait penyebab utama korban menanggak racun berdasarkan laporan awal yang kami terima dimana korban depresi akibat tugas daring dan terbatasnya fasilitas internet dan tidak menutup kemungkinan hal ini akan berubah atau bertambah" kata AKP Jufri Natsir, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Gowa yang dikonfirmasi langsung oleh Kompas.com.

Sementara pihak dinas pendidikan menemukan adanya faktor hubungan asmara yang mungkin membuat MI depresi.

Baca juga: Siswi SMA Bunuh Diri karena Beban Tugas Daring, Dinas Pendidikan Evaluasi Sistem Belajar Online

"Semalam saya sendiri turun ke lokasi termasuk berbicara langsung dengan pihak keluarga dan rekan rekan kelas korban termasuk guru gurunya dan tidak ada motif depresi karena tugas daring bahkan ada dugaan bahwa motifnya, maaf, karena percintaan," ujar Fitri Ari Utami, Kepala Cabang Wilata 2 Makassar dan Gowa Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan saat dikonfirmasi langsung oleh Kompas.com di halaman Mapolres Gowa pada Senin, (19/10/2020).

Meski demikian, Disdik mengaku akan tetap mengevaluasi sistem belajar mengajar daring.

"Atas peristiwa ini kami akan mengevaluasi sistem belajar secara daring dan menekankan kepada seluruh tenaga pendidik agar tidak menekan siswa dalam mengerjakan tugas," kata Fitri.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun turun tangan menangani kasus itu.

Mereka juga berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan dan Inspektorat Sulawesi Selatan untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran.

"Pemeriksaan untuk membuktikan apakah proses pembelajaran jarak jauh di sekolah tersebut sudah sesuai dengan ketentuan dalam SE 15/2020 yang dikeluarkan oleh Kemdikbud," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti, melalui keterangan tertulis, Kamis (22/10/2020).

Baca juga: Kasus Orangtua Aniaya Anak Saat Belajar Online Kembali Terekspos

 

Ilustrasi anak menjalani pembelajaran jarak jauh (Shutterstock/ Ann in the uk) Ilustrasi anak menjalani pembelajaran jarak jauh (Shutterstock/ Ann in the uk)
3. Bocah dianiaya ibu karena tak ikut belajar online, meratap ke polisi saat ibunya ditangkap

Pada bulan September 2020, seorang bocah 10 tahun berinsiial NJ dianiaya oleh ibunya, SF.

Penyebabnya, lantaran NJ tak mengikuti pembelajaran daring.

Kasat Reskrim Polres Kota Parepare, Sulawesi Selatan Iptu Asian Sihombing mengemukakan, SF mulanya mendapatkan laporan dari guru anaknya.

Sang guru mengatakan, NJ tak mengikuti proses belajar daring selama 10 hari terakhir.

NJ kemudian pergi ke rumah neneknya tanpa izin. Hal itu semakin membuat SF kesal.

Kemarahan SF memuncak ketika anaknya kembali ke rumah. SF mendapati chat WhatsApp NJ dengan tantenya.

Pada tantenya, NJ mengaku, ibunya berbohong mengenai ia yang tak pernah mengikuti belajar online.

SF lalu mengambil balok kayu dan memukul NJ. Bermaksud mengklarifikasi bahwa dirinya tak berbohong, SF merekam hukuman pada NJ dan mengirimkannya pada tante korban.

Namun video itu justru viral hingga berujung ke persoalan hukum.

"Sang ibu menganiaya anaknya dengan balok kayu dalam video lantaran kesal anaknya yang sempat ke rumah mertuanya dilaporkan oleh gurunya 10 hari terakhir tak mengikuti pelajaran daring," kata Asian.

Meski telah dianiaya hingga mengalami luka di tangannya akibat pukulan balok kayu, NJ merengek ke polisi agar ibunya tak ditahan.

"Pak Polisi, aku sayang ibu, tolong jangan ditangkap," NJ memohon.

Baca juga: Survei SMRC: 67 Persen Responden Kesulitan Sekolah Online

4. Video TikTok viral injak rapor karena nilai turun selama pandemi Covid-19

Salah satu adegan dalam video TikTok yang dipermasalahkan SMPN 1 Suela, Lombok Timur, beredar di media sosial. Sekolah mengeluarkan 5 siswa yang muncul dalam video TikTok tersebut.Dokumentasi Istimewa Salah satu adegan dalam video TikTok yang dipermasalahkan SMPN 1 Suela, Lombok Timur, beredar di media sosial. Sekolah mengeluarkan 5 siswa yang muncul dalam video TikTok tersebut.
Sebuah video viral menggambarkan kejadian lima siswa menginjak rapor.

Dalam pengakuannya, salah satu pelaku mengaku melakukan perbuatan itu karena kesal dengan nilai yang menurun selama diterapkannya pembelajaran daring.

"Waktu itu kami kecewa dengan nilai yang tidak memuaskan, kami menyesal, kami salah," ujar salah seorang siswa.

Sedangkan, orangtua siswa, Baiq Raehan (38) menyayangkan pihak sekolah yang langsung mengeluarkan kelima siswi.

"Kami dikumpulkan dan dijelaskan bahwa anak kami membuat TikTok yang menginjak injak rapor sekolah, dan karena perbuatan itulah mereka dikeluarkan. Anak-anak teriak histeris tidak men

Pihak sekolah tetap memberlakukan sanksi tegas dengan mengeluarkan seluruh pelaku karena dianggap melecehkan sekolah dan guru.

"Kami tidak memecat, tetapi meminta mereka mencari sekolah lain, tidak di sekolah ini," kata Kepala SMPN 1 Suela Kasri.

"Tindakan mereka telah melanggar aturan sekolah. Melebihi skor pelanggaran 75 poin," ujar dia.

Namun sanksi tersebut akhirnya dicabut setelah pihak sekolah dipanggil oleh Dinas Pendidikan.

Bupati meminta, pihak sekolah menggugurkan sanksi siswi-siswi dikeluarkan dari sekolah. Sebagai gantinya, sekolah diminta membina mereka.

Baca juga: Mereka Tidak Menghargai Kami Mengisi Rapor Sampai Tengah Malam, Malah Diinjak-injak

5. Memanjat pohon di puncak bukit demi belajar daring

Nasib para siswa MTs Pakis Kabupaten Banyumas tidak seberuntung anak-anak yang tinggal di kota.

Mereka kesulitan mendapatkan sinyal internet untuk belajar daring.

Bahkan mereka rela naik pohon di puncak bukit untuk mendapatkan sinyal.

Di daerahnya, sinyal memang terbatas karena kondisi geografis yang berbukit.

“Biasanya yang cowok ini pada naik pohon buat nyari sinyal biar stabil, mereka sudah biasa nyaman belajar di atas pohon,” kata Kepala MTs Pakis, Isrodin.

Meski sudah terbiasa memanjat pohon, mereka berisiko terjatuh, apalagi kondisi sering hujan seperti saat ini.

Sebelumnya, Pemkab Banyumas dan ORARI berinisiatif melakukan sekolah daring dengan mendirikan repeater dan membagikan handy talky (HT).

Namun menjelang Ujian Akhir Semester (UAS), radio pancar Orari mati.

"Kami sudah lapor, tapi tidak ada yang merespons, akhirnya proses pembelajaran daring dilakukan seperti biasa, siswa berburu sinyal di bukit," tukas Isrodin.

Pada Senin (21/12/2020), sejumlah pejabat bekerja sama dengan PT Wahana Bumi Langit Teknologi menginisiasi pemasangan repeater internet.

Para siswa kini bisa menikmati internet melalui jaringan nirkabel.

Mereka bisa memanfaatkan gawai, meskipun harus digunakan secara bersama-sama.

Sumber: Kompas.com (Penulis: M Iqbal Fahmi, Acep Nazmudin, Abdul Haq | Editor: Khairina | Abba Gabrilin, Teuku Muhammad Valdy Arief, Aprilia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com