Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perajin Terompet Tahun Baru di Tengah Pandemi: Enggak Ada Satu Pun yang Terjual

Kompas.com - 29/12/2020, 10:00 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Larangan perayaan Tahun Baru di tengah pandemi virus corona (Covid-19), berdampak ke perajin terompet.

Salah satunya Sudarmo (55), warga Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Hingga menjelang malam pergantian tahun, terompet kertas buatannya masih menumpuk di rumah yang berada di sebuah gang sempit.

Sudarmo mengaku, kondisi tersebut sangat jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Kalau dulu hari-hari seperti ini terompet saya sudah banyak (dijual pedagang) di jalan-jalan. Kalau sekarang enggak ada satu pun yang keluar (terjual)," tutur Sudarmo, Selasa (29/12/2020).

Baca juga: Tugu Pal Putih, Malioboro dan Titik Nol Tetap Dibuka di Malam Tahun Baru

100 terompet tak satu pun laku

Namun kondisi tersebut sebenarnya sudah diantisipasi Sudarmo. Sejak pemerintah mengumumkan larangan perayaan Tahun Baru, ia hanya membuat sebanyak 100 terompet dengan bentuk bervariasi.

"Tapi kenyataannya (terompet) yang sudah jadi saja sampai sekarang tidak ada yang keluar, karena katanya tidak boleh ada acara, tidak boleh ada kerumunaan," kata Sudarmo.

Bahkan, untuk menarik pembeli Sudarmo juga telah menurunkan harga yang dipatok tahun lalu antara Rp 3.500 - Rp 10.000 menjadi hanya dijual Rp 2.000 hingga Rp 6.500 per buah.

Lebih lanjut pria yang kesehariannya berjualan mainan anak ini mengatakan, penurunan penjualan terompet sejatinya telah terjadi sejak tiga tahunan lalu.

"Menurun sejak 2017, menurun 50 persen, setelah itu sampai 2019 itu menurun sampai 75 persen. Dan di tahun ini sama sekali tidak ada pembelian," ujar bapak empat anak ini.

Baca juga: Kisah Pilu Bocah Syafa Idap Kanker Tulang, Hidup dengan Benjolan Sebesar Kepala di Lengan

 

Masa kejayaan 2014-2016

Pria yang mulai membuat terompet sejak puluhan tahun lalu ini mengaku, pernah mencapai masa kejayaan antara tahun 2014-2016. Saat itu ia mampu memproduksi hingga ribuan terompet.

Terompet buatannya banyak dibeli pedagang dari kabupaten tetangga untuk dijual kembali di daerahnya.

"Saya merasakan panen penjualan terompet dengan modal Rp 5 jutaan, panennya bisa puluhan juta. Tapi sekarang akhirnya jadi gini," kata Sudarmo.

Untuk menjaga dapur tetap ngebul di masa pandemi ini, Sudarmo kini mengandalkan usaha sablon gelas.

Pasalnya usaha penjualan mainan dan es yang biasanya digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari juga tidak dapat dilakukan, karena sekolah diliburkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com