Pria yang mulai membuat terompet sejak puluhan tahun lalu ini mengaku, pernah mencapai masa kejayaan antara tahun 2014-2016. Saat itu ia mampu memproduksi hingga ribuan terompet.
Terompet buatannya banyak dibeli pedagang dari kabupaten tetangga untuk dijual kembali di daerahnya.
"Saya merasakan panen penjualan terompet dengan modal Rp 5 jutaan, panennya bisa puluhan juta. Tapi sekarang akhirnya jadi gini," kata Sudarmo.
Untuk menjaga dapur tetap ngebul di masa pandemi ini, Sudarmo kini mengandalkan usaha sablon gelas.
Pasalnya usaha penjualan mainan dan es yang biasanya digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari juga tidak dapat dilakukan, karena sekolah diliburkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.