Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Siswa MTs Pakis di Banyumas, Harus Panjat Pohon di Puncak Bukit, Cari Sinyal demi Belajar Daring

Kompas.com - 29/12/2020, 06:41 WIB
Iqbal Fahmi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Mentari baru menyingsing saat Nia Anjalina (15) melangkah keluar pintu rumah di Dusun Karanggondang, Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah.

Pagi masih berkabut, udara segar khas pegunungan memeluk semangat gadis mungil ini untuk berangkat ke sekolah, Senin (1/12/2020).

Secercah mimpi ia bawa serta, langkah kakinya rampak, menembus medan sawah dan perbukitan.

Menuju Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pakis di kampung seberang, Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah.

Baca juga: Malam Hari Anak-anak Pedalaman Flores Jalan Kaki 3 Km Cari Sinyal demi Kerjakan Tugas

Tidak seberuntung anak-anak kota..

Di masa pandemi seperti sekarang, pembelajaran memang idealnya dilakukan dengan sistem daring.

Namun tidak seberuntung anak-anak di kota, bagi Nia dan 20 siswa MTs Pakis, sinyal internet adalah makhluk asing yang sangat sulit dijumpai.

Kepala MTs Pakis, Isrodin mengatakan, lokasi Desa Gununglurah hanya terpaut jarak 12 kilometer saja dari pusat Kota Purwokerto.

Namun kondisi geografis membuat segala frekuensi yang masuk seperti terperangkap.

Untuk menjaring sinyal provider, para siswa MTs Pakis harus mendaki bukit di sekitar Telaga Kumpai.

Tak cukup sampai disitu, untuk mendapatkan kecepatan stabil saat berselancar di dunia maya, mereka harus memanjat puncak-puncak pohon.

Baca juga: Pelajar Hilang Usai Pamit Cari Sinyal di Kalbar Ditemukan dalam Kondisi Lemas

“Biasanya yang cowok ini pada naik pohon buat nyari sinyal biar stabil, mereka sudah biasa nyaman belajar di atas pohon,” kata Isrodin.

Meskipun bukit dan pohon adalah taman bermain mereka sejak kecil, namun bukan berarti kegiatan ini benar-benar tanpa risiko.

Terlebih di musim hujan seperti sekarang, potensi jatuh terpeleset bisa saja terjadi karena ranting yang licin dan rapuh.

"Sangat berbahaya pada saat musim hujan," ujarnya.

Baca juga: Cerita Ahmad Krismon, Rela Naik Bukit Cari Sinyal Agar Bisa Ikut Prosesi Wisuda Online

 

Radio: harapan yang pupus

Siswa MTs Pakis, Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah mencari sinyal provider di hutan, Senin (1/12/2020)Dokumentasi Pribadi/Isrodin Siswa MTs Pakis, Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah mencari sinyal provider di hutan, Senin (1/12/2020)
Tiga bulan lalu, kata Isrodin, secercah harapan sempat singgah. Pemerintah Kabupaten Banyumas dan ORARI merespon kesulitan para siswa dengan mendirikan repeater dan membagikan handy talky (HT).

Dalam transmisi UHF, para siswa MTs Pakis dapat menyimak pembelajaran dari para guru dan relawan di rumah.

Namun angin surga itu hanya sekejap berembus.

Tepat menjelang Ujian Akhir Semester (UAS), radio pancar ulang milik Orari mati. Saat-saat krusial persiapan ujian semester gasal terlewat begitu saja.

Entah berapa lama para siswa menanti, namun radio pancar itu tak lagi pernah berfungsi.

"Kami sudah lapor, tapi tidak ada yang merespons, akhirnya proses pembelajaran daring dilakukan seperti biasa, siswa berburu sinyal di bukit," tukas Isrodin.

Baca juga: Pamit Cari Sinyal Ponsel, Pelajar Perempuan di Kalbar 5 Hari Tak Pulang ke Rumah

Internet kini dan nanti

Harapan baru akhirnya datang dari sebuah komunitas dan pegiat sosial Banyumas. Senin (21/12/2020) Eddy Wahono sejumlah pejabat eselon dua di Pemkab Banyumas menginisiasi pemasangan repeater internet.

Bekerjasama dengan PT Wahana Bumi Langit Teknologi melalui program corporate social responsibility (CSR), kini siswa MTs Pakis sudah dapat menikmati internet melalui jaringan nirkabel atau wifi.

"Masuknya internet merupakan kebahagiaan dan harapan baru karena anak anak desa terpencil dapat mengenal dunia," kata Isrodin.

Baca juga: Cerita Resa Kerjakan Ujian di Atas Bukit, Cari Sinyal dan Gantian Gunakan Ponsel Pinjaman

Sementara itu, Eddy Wahono mengaku sangat terharu melihat antusias anak-anak saat bermain dengan gawainya.

Meskipun, satu gawai harus digunakan bersama oleh empat anak sekaligus.

"Kami sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah dan segenap pihak untuk pengadaan komputer agar anak-anak bisa lebih mudah dalam belajar," terangnya.

Kini, Internet bukan lagi makhluk asing yang sulit dijumpai. Setiap siswa sudah bisa menjelajah dunia dari dalam kelas. Selamat datang dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com