Hardi menduga tanaman itu mati karena layu atau dipegang warga.
"Memang sebelumnya banyak warga yang memegangnya. Tapi setelah kita kasih tau, mereka tidak ada lagi yang memegang. Malahan warga sangat antusias dan memagar bunganya," kata Hardi.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Pesisir Selatan Bilmar menyayangkan bunga tersebut mati sebelum mekar.
Bilmar memperkirakan bunga itu akan mekar pada Sabtu (26/12/2020).
"Bunga itu belum mekar. Diperkirakan mekar tiga hari lagi sebelum mati. Artinya, kalau hidup bunga itu akan mekar tiga hari lagi dan mampu bertahan tujuh hari sebelum layu. Ternyata bunga itu diduga dirusak warga sehingga mati sebelum mekar," kata Bilmar.
Baca juga: Melihat Munculnya Ratusan Bunga Bangkai di Hutan Segoro Gunung Grobogan
Bilmar menyayangkan masih banyak warga yang tak tahu dengan status bunga itu. Warga juga tak melaporkan tanaman itu kepada BKSDA.
"Tidak ada yang menyampaikan ke BKSDA sehingga kami tidak tahu. Bunga itu tumbuh di lahan warga bukan di hutan konservasi sehingga kami butuh informasi," kata Bilmar.
Idealnya, kata Bilmar, warga atau pemerintah nagari serta kecamatan menginformasikan kepadanya soal tanaman itu.
Sehingga, BKSDA bisa melakukan pengawasan.
"Jadi kita tahunya dari media sosial dan melihat foto-fotonya saja. Belum sempat turun ke lokasi," kata Bilmar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.